Kena Sanksi PBB, Iran Diduga Dapat Pasokan Material Rudal dari China

CNN Indonesia
Kamis, 30 Okt 2025 17:35 WIB
Sumber intelijen sebut China diduga jadi pemasok material rudal ke Iran, saat Teheran tengah disanksi PBB.
Ilustrasi rudal Iran. Foto: via REUTERS/Majid Asgaripour
Jakarta, CNN Indonesia --

Sejumlah intelijen Eropa melaporkan China diduga memasok material rudal ke Iran, saat Teheran tengah dikenakan sanksi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Beberapa intelijen mengatakan kepada CNN bahwa kapal-kapal dari China merapat ke Iran yang diyakini membawa natrium perklorat, prekursor utama dalam produksi propelan padat yang digunakan untuk menggerakkan rudal konvensional jarak menengah Iran.

Sumber-sumber mengatakan pengiriman tersebut mulai tiba di Iran pada 29 September. Ada sekitar 2.000 ton natrium perklorat yang dibeli Iran dari China setelah Teheran berperang 12 hari dengan Israel.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

CNN memantau perjalanan sejumlah kapal kargo yang diidentifikasi oleh sumber intelijen sebagai pihak yang terlibat dalam pengiriman natrium perklorat ke Iran. Pemantauan dilakukan dengan mencermati data pelacakan kapal serta media sosial awak-awak kapal tersebut.

Hasilnya, banyak kapal-kapal yang bahkan tampaknya sudah bolak-balik Iran-China selama beberapa kali sejak akhir April. Beberapa di antaranya yaitu kapal MV Basht, Berzin, kapal Elyana, serta kapal MV Artavand.

Tidak diketahui apakah pemerintah China tahu mengenai pengiriman material ini. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China hanya menyatakan Beijing secara konsisten menerapkan kontrol ekspor pada barang-barang dual-use sesuai aturan internasional dan domestik.

"Kami ingin menekankan bahwa China berkomitmen untuk menyelesaikan masalah nuklir Iran secara damai melalui cara-cara politik dan diplomatik, serta menentang penerapan sanksi dan tekanan," lanjut juru bicara tersebut.

Pengiriman natrium perklorat ini sendiri dilakukan saat PBB memberlakukan kembali sanksi kepada Iran pada 28 September lalu. PBB menjatuhi sanksi lagi ke Iran lantaran menilai Teheran melanggar kesepakatan Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) 2015 untuk membatasi program nuklirnya.

Berdasarkan sanksi tersebut, Iran tidak boleh melakukan aktivitas apa pun terkait rudal balistik yang mampu membawa senjata nuklir. Negara-negara anggota PBB juga tidak boleh memasok material ke Iran yang bisa dipakai untuk mengembangkan senjata nuklir.

China dan Rusia, selaku dua sekutu Iran, telah menentang sanksi ini dengan menyatakan bahwa hal ini melemahkan upaya penyelesaian diplomatik di atas masalah nuklir Iran.

Pengiriman material ini sebetulnya sudah pernah dilakukan China sebelumnya. Namun, intensitasnya meningkat pasca perang 12 hari pada Juni lalu.

Saat konflik, militer Israel menyerang setidaknya sepertiga peluncur rudal permukaan-ke-permukaan milik Iran. Iran juga banyak mengerahkan rudal untuk melawan Israel.

"Iran saat ini butuh lebih banyak natrium perklorat untuk menggantikan rudal yang digunakan dalam perang dan untuk meningkatkan produksi mereka," kata Direktur Proyek Nonproliferasi Asia Timur Middlebury Institute of International Studies, Jeffrey Lewis.

Menurut para intelijen, Iran dan China menggunakan perusahaan dan alamat penagihan palsu untuk mengirim pasokan natrium perklorat ini.

Para analis telah mewanti-wanti bahwa China memiliki ruang argumen ketika kelak dituding terlibat dalam program rudal Iran. Pasalnya, PBB tidak secara eksplisit melarang suatu bahan diekspor ke Iran, termasuk natrium perklorat.

Dalam resolusi PBB, hanya disebutkan bahwa negara-negara dilarang menyediakan "barang, material, peralatan, barang, dan teknologi" ke Iran yang bisa digunakan untuk mengembangkan sistem senjata nuklir Teheran.

China bisa menggunakan celah ini untuk membela diri bahwa natrium perklorat yang mereka kirim tidak melanggar resolusi PBB karena tidak disebut secara jelas.

Meski begitu, menurut peneliti senior program kebijakan nuklir di Carnegie Endowment for International Peace, Tong Zhao, pengiriman natrium perklorat seharusnya termasuk dalam larangan PBB mengingat fungsi vitalnya dalam produksi rudal, terlepas disebut atau tidak dalam resolusi.

"Beijing mungkin menyadari bahwa ekspor semacam itu secara tidak langsung mendukung program rudal Iran. Namun Beijing mungkin juga memandang hal ini sebagai masalah prinsip, yang menegaskan hak kedaulatan China untuk membuat keputusan pengendalian ekspor yang independen atas barang-barang yang tidak secara tegas dilarang oleh PBB," ucap Zhao.

(blq/dna)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER