Menlu RI Beber Pertemuan di Istanbul Bahas Lanjutan Gencatan Gaza
Menteri Luar Negeri Indonesia Sugiono membeberkan pertemuan di Istanbul, Turki, yang membahas tindak lanjut gencatan senjata di Jalur Gaza.
Pertemuan itu berlangsung pada Senin (3/11) dan dihadiri Menlu Turki Hakan Fidan, Menlu dari Qatar, Pakistan, Arab Saudi, Uni Emirat Arab hingga Yordania.
"Tanggal 3 kemarin kami mendapatkan undangan dari yang kemudian kita beri nama New York Group ke Istanbul untuk membicarakan pembaruan dari proses perdamaian yang terjadi di Gaza," kata Sugiono kepada awak media di pelataran Gedung Pancasila Kementerian Luar Negeri, Rabu (5/11).
Sugiono mengatakan pertemuan itu membahas kelanjutan kesepakatan damai di Gaza dan update situasi terkini di lapangan.
Lebih lanjut, Sugiono mengatakan Indonesia dalam rapat itu menyampaikan kekhawatiran lantaran masih ada kekerasan yang dilakukan Israel meski ada gencatan senjata.
Israel dan Hamas sepakat gencatan senjata pada 10 Oktober. Perjanjian ini mencakup penarikan sebagian pasukan Israel, lebih banyak bantuan kemanusiaan yang masuk, pembentukan komite yang mengawasi Gaza, hingga pengerahan pasukan perdamaian.
Meski ada kesepakatan, pasukan Zionis terus menggempur habis-habisan Gaza terutama Kota Gaza.
Menurut laporan korban tewas sejak gencatan senjata mencapai 236 jiwa dan nyaris 600 yang terluka. Jika diakumulasikan sejak agresi pada Oktober 2023, total korban tewas lebih dari 68.000 jiwa.
"Kita juga menyampaikan kepada negara-negara yang hadir dan memiliki kontak langsung tentang concern ini, dan mengharapkan agar semua pihak bisa sama-sama menahan diri, " ucap Sugiono.
Dia lalu berujar, "Sehingga apa yang kita harapkan dari proses perdamaian dan gencatan senjata ini bisa benar-benar terjadi sesuai apa yang sudah disepakati bersama, dan sesuai juga dengan semangat yang menjadi dasar dari deklarasi di Sharm El-Sheikh."
Di kesempatan itu, Sugiono juga mengatakan dalam forum tersebut peserta rapat meminta info terkini dari negosiator kunci soal Gaza.
Pertemuan tersebut, kata dia, lebih kepada koordinasi, memberi pembaruan, hingga menyampaikan hal-hal yang menjadi kekhawatiran negara-negara tersebut.
(isa/bac)