Tas PM Jepang Dicap 'The Most Political Handbag' Sejak Era Thatcher

CNN Indonesia
Jumat, 21 Nov 2025 20:30 WIB
Tas tangan kulit milik PM Jepang Sanae Takaichi menyedot perhatian lantaran dinilai yang paling ikonik sejak era PM Inggris Margaret Thatcher.
Tas tangan kulit milik PM Jepang Sanae Takaichi menyedot perhatian lantaran dinilai yang paling ikonik sejak era PM Inggris Margaret Thatcher. (Foto: AFP/STR)
Jakarta, CNN Indonesia --

Tas tangan kulit milik Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi belakangan menyedot perhatian lantaran sejumlah media menilai itu merupakan tas terbesar yang dibawa seorang pemimpin dunia sejak era PM Inggris Margaret Thatcher.

Selain menjadi PM perempuan pertama bagi Jepang, gelagat Takaichi juga terus menjadi perhatian, salah satunya ia terus terlihat menenteng tas jinjing hitam besar, yang kira-kira bisa memuat file A4.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tas itu bahkan memiliki nama resmi yakni "Grace Delight Tote". Tas ini buatan Hamano, sebuah brand lokal kerajinan kulit Jepang yang didirikan sejak 1880.

Laporan New York Times bahkan menganggap tas Takaichi ini menjadi "tas tangan paling berpengaruh secara politik" sejak era Thatcher.

Padahal, jika dipandang, tas yang juga dikenal dengan sebutan "Sanae Tote" tersebut amat normal. Tidak ada yang aneh, kecuali satu: dibawa oleh pemimpin negara G7.

Para pemimpin dunia, terutama yang perempuan, nyaris tak pernah membawa tas, apalagi tas besar. PM perempuan pertama Italia, Giorgia Meloni, tidak melakukannya.

Photo date du 09 Septembre 1986, de Margaret Thatcher, premier ministre d'Angleterre, sortant de sa voiture pendant une visite officielle au parlement europen  Strasbourg. (Photo by JEAN-CLAUDE DELMAS / AFP)PM Inggris Margaret Thatcher pada September 1986. (Photo by JEAN-CLAUDE DELMAS / AFP)

Claudia Sheinbaum, Presiden perempuan pertama Meksiko, juga tidak melakukannya. Kamala Harris, Wakil Presiden perempuan pertama Amerika Serikat, juga tidak. Angela Merkel pun tidak melakukannya saat menjabat kanselir Jerman.

Tidak membawa tas memberi kesan bahwa ada orang lain yang akan membawakannya untuk Anda. Biasanya, semakin penting jabatan Anda, semakin tidak perlu Anda membawa tas.

Namun, Takaichi mengubah budaya ini.

Direktur mode Vogue Jepang, Emi Kameoka, mengatakan tas tangan Takaichi menegaskan citranya sebagai seorang perempuan profesional, yang memperkuat janji kampanyenya untuk "kerja, kerja, kerja, dan kerja."

Tas Takaichi memancarkan keanggunan sekaligus nilai guna.

Jika menengok ke belakang, tas tangan Takaichi mengingatkan pada Margaret Thatcher, eks PM Inggris yang juga gemar membawa tas sendiri.

Bagi Thatcher, tas tangan adalah cara untuk menyelaraskan dirinya dengan aksesori perempuan terhormat di masa ketika banyak orang merasa tidak nyaman dengan gagasan tentang pemimpin perempuan.

Menurut British Vogue, tas Thatcher adalah jenis tas yang dibawa oleh "seseorang yang bijaksana, berpenampilan rapi, dan mencerminkan pikiran yang terorganisir."

Bukan cuma itu, tas Thatcher juga disebut sebagai satu-satunya tempat "anti bocor" di pemerintahannya.

Pada 2013, Cynthia Crawford, mantan asisten pribadi Thatcher, menulis sebuah artikel di The Guardian yang menyatakan bahwa "apa pun yang sangat rahasia atau berharga, kami akan masukkan ke dalam tas tangannya karena kami tahu dia tidak pernah terpisah darinya."

Sekarang, sorot mata dunia memandang ke Takaichi. Apakah tas tangannya akan bertahan, berpengaruh, dan memiliki resonansi historis yang sama, tentu masih harus dilihat.

Namun, tas ini telah menjadi incaran banyak orang, terutama di kalangan warga Jepang. Menurut situs web Hamano, stok untuk tas Grace Delight hitam telah terjual habis dan perusahaan saat ini menerima pesanan yang setara dengan produksi pabrik selama kurang lebih 10 bulan.

(blq/rds)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER