Jakarta, CNN Indonesia --
Nawal Musleh dan keluarganya di Jalur Gaza Palestina tak pernah menyangka suatu hari di bulan Juni lalu itu menjadi terakhir kalinya ia melihat sang putra, Ammar Wadi, di dunia.
Musleh tau sejak agresi brutal Israel ke Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023 lalu berlangsung, ia bisa kehilangan anggota keluarga termasuk anak dan dirinya sendiri kapan saja setiap harinya.
Namun, ia tak menyangka suatu siang di bulan Juni itu menjadi siang terakhir Musleh melihat sang anak, Wadi, pamit untuk mencari sekantong tepung terigu di dekat perlintasan Zikim menuju Kota Gaza.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak melangkahkan kaki keluar rumah mereka hari itu, Wadi tidak pernah pulang, apalagi membawa sekantong terigu untuk mengolah makanan yang semakin langka sejak diblokade Israel.
Sebab, selain melancarkan serangan dan membombardir Jalur Gaza, Israel juga turut memblokade bantuan kemanusiaan termasuk makanan, air, hingga obat-obatan di wilayah itu.
Warga Gaza bahkan masih harus menantang maut kala truk-truk bantuan kemanusiaan menyalurkan bantuan mereka yang dibatasi Israel. Sebab, pasukan pertahanan Israel (IDF) kerap menodong senjata bahkan menembaki mereka yang sedang mengantre berebut bantuan.
Siang itu, Wadi menjadi salah satu dari puluhan warga Palestina yang hilang di dekat Zikim kala penyaluran bantuan berlangsung. Puluhan warga ini tak pernah pulang sejak mengantre bantuan di Zikim.
Enam bulan berlangsung dan Musleh masih belum mengetahui kabar dan keberadaan Wadi. Alih-alih memperoleh ketenangan dari pesan telepon terakhir anaknya, Musleh, justru dihantui oleh kemungkinan bahwa ia takkan pernah mengetahui kebenarannya.
"Ketika dia terlintas di pikiran saya, mata saya tidak bisa berhenti menangis," katanya kepada CNN.
"Kami menerima apa pun yang telah ditetapkan Tuhan, tetapi kami hanya ingin tahu apa yang terjadi pada putra kami."
Musleh hanya mendapati ponsel Wadi dikembalikan oleh orang yang menemukannya.
"Maafkan aku ibu jika ada sesuatu yang terjadi padaku," bunyi pesan yang tertulis di ponsel Wadi.
"Siapa pun yang menemukan ponselku, tolong beritahu keluargaku bahwa aku sangat mencintai mereka," tutup Wadi dalam catatan di ponselnya itu.
Pekan terus berlalu, Musleh akhirnya mendapati kabar bahwa IDF menembaki sekelompok warga yang mencari bantuan di Zikim saat Wadi terakhir kali terlihat.
Namun jenazah Wadi dan puluhan korbannya tak kunjung ditemukan.
Sebuah investigasi CNN lantas menunjukkan dugaan militer Israel membuldoser beberapa jenazah warga yang tewas dekat perlintasan Zikim ke dalam kuburan dangkal tanpa tanda. Bahkan, ada banyak jasad warga Palestina korban serangan IDF itu dibiarkan membusuk di ruang terbuka dan tidak dapat dievakuasi karena kawasan tersebut berada dalam zona militer.
Investigasi CNN ini juga menemukan para pencari bantuan tewas akibat tembakan Israel yang tidak pandang bulu dekat perlintasan. Ini didasarkan pada ratusan video dan foto dari sekitar Zikim, serta wawancara saksi mata dan para sopir truk bantuan lokal.
Citra satelit juga menunjukkan aktivitas pembuldoseran sepanjang musim panas di area tempat para pencari bantuan tewas.
Dua video yang berhasil dilokasikan oleh CNN ke wilayah Zikim memperlihatkan kondisi setelah sebuah insiden pada Juni, memperlihatkan jenazah yang sebagian terkubur di sekitar truk bantuan yang terbalik.
CNN juga mewawancarai dua anggota militer Israel yang menggambarkan kejadian serupa di lokasi lain di Gaza selama agresi berlangsung, di mana jenazah warga Palestina dibuldoser dan dikubur di sebuah kuburan massal yang dangkal. kuburan dangkal.
Dua anggota IDF ini tak lagi aktif dan meminta anonimitas karena tidak berwenang memberikan pernyataan kepada media.
IDF membantah menggunakan buldoser untuk "memindahkan" jenazah saat diminta konfirmasi, namun tidak menjawab apakah alat itu digunakan untuk menguburkan mereka. IDF mengatakan kepada CNN bahwa keberadaan buldoser di sekitar Zikim adalah "hal rutin" untuk keperluan operasional, seperti menangani ancaman bahan peledak atau "kebutuhan rekayasa rutin."
Baca di halaman berikutnya >>>
Dua video grafis yang diposting di media sosial pada 11 September lalu yang ditinjau dan dilokasikan CNN menunjukkan sejumlah warga Palestina berlari menjauh dari area Zikim sambil membawa karung tepung di tengah rentetan tembakan.
Dalam rekaman itu, setidaknya satu orang yang membawa tepung tampak tertembak dari belakang, dengan arah tembakan terlihat berasal dari posisi IDF yang diidentifikasi CNN melalui citra satelit.
Robert Maher dari Montana State University, seorang ahli forensik audio, menganalisis video tersebut untuk CNN dan menemukan bahwa tembakan berasal dari jarak sekitar 340 meter dari lokasi perekaman, sesuai dengan jarak posisi IDF.
Dalam video lainnya, sekelompok orang tampak menolong satu korban yang diduga tewas dan korban lain yang terluka parah, sebelum membawa mereka pergi. Tembakan masih terus terdengar.
Namun, dalam pernyataannya kepada CNN, IDF berdalih tidak pernah dengan sengaja menembak warga sipil tak bersalah. IDF beralasan tembakan dilontarkan ketika muncul ancaman dan "tembakan dilakukan untuk tujuan peringatan atau menetralkan ancaman."
Jenazah dibuldoser atau ditelantarkan & membusuk
Rekaman dan foto lain yang ditinjau CNN menunjukkan banyak jenazah yang tidak bisa dievakuasi dari Zikim oleh para pencari bantuan lainnya maupun pihak pertahanan sipil akibat situasi yang sangat berbahaya.
Pada 15 Juni, dua saksi mata mengatakan kepada CNN bahwa sebuah truk bantuan yang datang dari perlintasan dikerumuni oleh warga Palestina yang kelaparan. Truk bantuan dioperasikan oleh kontraktor lokal di Gaza untuk mengambil pasokan dari perlintasan dan membawanya ke dalam wilayah.
Tak lama setelah truk itu dikerumuni warga, militer Israel melepaskan tembakan ke arah kendaraan tersebut, menyebabkan banyak orang tertembak dan roboh di bawah truk, kata saksi mata.
Beberapa hari kemudian, sebuah ambulans pertahanan sipil diizinkan memasuki area tersebut.
"Kami terkejut melihatnya," kata salah satu petugas pertahanan sipil kepada CNN.
"(Jenazah) yang kami evakuasi sudah membusuk - jelas mereka telah berada di sana cukup lama, bahkan ada tanda-tanda bahwa anjing memakan sebagian tubuh mereka."
Video yang diperoleh dan dilokasikan CNN di lokasi tersebut memperlihatkan truk bantuan yang hancur dan terbalik di antara tumpukan puing. Beberapa jenazah membusuk berserakan di sekitar kendaraan, sebagian tertimbun pasir. Seekor anjing liar terlihat berada di dekatnya.
Tim pertahanan sipil hanya mampu mengevakuasi 15 jenazah, dan karena ambulans penuh, sekitar 20 jenazah tidak pernah diambil, menurut petugas tersebut. IDF tidak menanggapi pertanyaan tentang insiden ini.
Setengah lusin sopir truk bantuan yang bekerja di rute Zikim berbicara kepada CNN dengan syarat anonimitas karena takut terhadap keselamatan mereka.
Mereka menggambarkan pemandangan jenazah yang berserakan dan membusuk sebagai hal yang lazim, dengan buldoser Israel terkadang mendorong jenazah ke dalam pasir.
"Saya melihat mayat setiap kali saya melewati Zikim. Saya melihat buldoser Israel menguburkan jenazah," kata salah satu sopir.
"Jika Anda melewati area itu pada Juli, Anda pasti melihatnya; saya selalu menutup jendela. Buldoser tentara Israel kadang menguburkan mereka atau menutupi mereka dengan tanah," kata sopir lainnya.
Citra satelit dan foto memperkuat kesaksian ini, menunjukkan keberadaan buldoser Israel secara konsisten dari akhir Juli hingga awal Agustus. Tanda-tanda aktivitas pembuldoseran di sekitar perlintasan Zikim terlihat sejak pertengahan Juni, segera setelah jalur bantuan dibuka hingga 12 September ketika jalur itu ditutup.
Sebagian aktivitas buldoser tampak terkait upaya membersihkan rute bantuan yang sering dipenuhi kotak dan puing. Namun pada waktu lain, citra satelit menunjukkan aktivitas pembuldoseran tanpa tujuan jelas, seperti saat sebuah buldoser mendorong tanah seluas sekitar 30 meter persegi menjadi tumpukan kecil pada pertengahan Juni, sekitar 400 meter dari lokasi truk terbalik yang kemudian ditangani petugas pertahanan sipil.
Buldoser juga berulang kali digunakan untuk meruntuhkan sisa bangunan yang sebelumnya dijadikan tempat berlindung para pencari bantuan dari tembakan Israel, sebagaimana terlihat dalam sejumlah video.
Dua saksi mengatakan kepada CNN bahwa pada 7 September, ketika orang-orang mencari tanda-tanda keberadaan anggota keluarga mereka yang hilang, mereka menemukan apa yang tampak sebagai jenazah yang dibuldoser.
"Saya menemukan jenazah-jenazah itu dibuldoser bersama kotak-kotak bantuan... mereka ditumpuk satu sama lain," kata Adel Mansour kepada CNN, salah satu saksi yang mencari putranya yang berusia 17 tahun.
Seorang sopir truk bantuan yang bekerja di rute Zikim mengatakan kepada CNN: "Tempat itu seperti Segitiga Bermuda; tidak ada yang tahu apa yang terjadi di sana, dan tampaknya tidak akan ada yang mengetahuinya."