Israel Serang Lebanon pasca Kunjungan Paus Leo XIV
Pasukan militer Israel kembali menyerang wilayah Lebanon beberapa hari setelah Pemimpin Gereja Katolik Dunia Paus Leo XIV berkunjung ke negara tersebut.
AFP melaporkan serangan Israel menghantam wilayah selatan Lebanon, yang diklaim Tel Aviv sebagai gudang penyimpanan senjata milisi Hizbullah.
Serangan ini diluncurkan setelah Israel mengeluarkan peringatan serangan terhadap gedung-gedung di Mahrouna, Jbaa, Majadal, dan Baraasheet.
Menurut Kantor Berita Nasional (NNA) Lebanon, pesawat tempur Israel menggempur kota Mahrouna serta bangunan-bangunan di Jbaa, Majadal, dan Baraasheet.
"Ini benar-benar wilayah sipil. Kami terus mendapat ancaman dari Israel," kata pejabat setempat, Yassir Madi, kepada wartawan.
"Tidak ada satu pun jendela dalam radius 300 meter yang tidak pecah. Semua orang syok," ucapnya.
Menurut militer Israel, serangan mereka menargetkan "fasilitas penyimpanan senjata milik Hizbullah" yang terletak di "jantung penduduk sipil".
Israel sekali lagi menuduh Hizbullah telah menggunakan warga sipil sebagai benteng pertahanan dan beroperasi di lingkungan masyarakat.
Israel dan Hizbullah saat ini terikat gencatan senjata sejak November 2024. Meski demikian, Negeri Zionis terus menyerang Lebanon dan mempertahankan pasukan di lima wilayah Lebanon selatan yang dianggap strategis.
Serangan ini terjadi hanya beberapa hari setelah Paus Leo XIV berkunjung ke Lebanon pada Minggu hingga Selasa. Selama kunjungan tersebut, tidak ada serangan yang diluncurkan Tel Aviv.
Dalam kunjungannya, Paus Leo XIV menyerukan agar tak ada lagi permusuhan di Lebanon. Ia juga mengkritik sentimen anti-Muslim yang kerap digaungkan oleh mereka yang menolak imigrasi.
Serangan Israel ke Lebanon juga terjadi sehari setelah perwakilan sipil Lebanon dan Israel mengadakan pembicaraan tatap muka untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade.
Para delegasi bertemu pada Rabu (3/12) di markas besar pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Naqura, Lebanon, dekat perbatasan dengan Israel. Menurut para pejabat Lebanon, pembicaraan tersebut bernuansa positif.
Pemerintah Lebanon pun berharap pembicaraan tersebut dapat dilanjutkan dengan "bahasa negosiasi" alih-alih "bahasa perang".
(blq/dna)