Di kota ini terdapat sejumlah kampung judi online, yang dioperasikan oleh para buruh Indonesia. Ibu Kota Provinsi Sihanoukville, ada Kompong Dewa (tertulis "Kampong Dewa") tercatat sebagai entitas usaha properti.
Kompong Dewa juga bagian dari lini bisnis sebuah grup perusahaan Indonesia, seperti tercantum dalam situs resmi perusahaan.
Sebelum jadi markas judol, wilayah Sihanoukville diresmikan pada 1994 sebagai resor kasino terbesar di sana. Kawasan ini dibangun sebagai upaya pemulihan akibat stagnasi ekonomi ekstrem di negara itu karena dampak perang saudara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bavet adalah kota judi yang berbatasan dengan Vietnam. Kota Bavet terletak lebih dari 3 jam melalui jalur darat dari ibu kota Phnom Penh dan diprediksi lebih dari 7 ribu WNI menetap di kota ini, menurut data dari Kedutaan Besar RI di Phnom Penh.
Laman media Viet Bao menuliskan bahwa di kota ini banyak kasino dalam gedung pencakar langit yang terang benderang seperti Le Macao, Kasino Mocbai, New World, dan King Crown.
Lebih dari 10 tahun lalu, daerah ini memiliki hampir 20 kasino yang beroperasi, tetapi saat ini hanya nama-nama besar seperti King Crown, Le Macao, dan New World yang tersisa. Sebagai gantinya judi online marak di sana, termasuk tenaga Indonesia yang digunakan.
Channel News Asia (CNA) pada Januari lalu pernah mewawancari WNI yang kabur dari jebakan pekerja judol di sana. Menggunakan nama samaran Slamet, dia bercerita kehidupan mengerikan di kota itu.
"Saya takut karena (bos di Kamboja) masih mencari saya," kata pria berusia 27 tahun itu kepada CNA, yang dilansir Senin (13/1/2025). Slamet mengatakan bahwa dia hanya membawa dompet, ponsel, dan pengisi daya.
"Saya terpaksa mencuri dari perusahaan untuk membayar ongkos pulang," kata Slamet, yang berasal dari Jawa Timur itu.
Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar menyatakan ada sekitar 100 ribu WNI bekerja di Kamboja. Namun dia mengigatkan, Kamboja bukan tempat yang aman bagi WNI dalam mencari nafkah.
"Kita terus mengkampanyekan dan menyosialisasikan bahwa Kamboja bukan tempat aman untuk pekerja migran kita," kata Cak Imin, sebutannya, Oktober lalu.
(imf/bac)