Melansir situs jw.org, Saksi-saksi Yehova tidak merayakan Natal karena Yesus memerintahkan pengikutnya untuk mengenang kematiannya, bukan hari kelahirannya.
Selain itu, perayaan Natal tidak dilakukan oleh para rasul maupun jemaat Kristen awal dan baru muncul jauh setelah masa mereka.
Alkitab juga tidak mencatat tanggal kelahiran Yesus, sehingga tidak ada dasar bahwa ia lahir pada 25 Desember.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Natal dianggap tidak sejalan dengan kehendak Allah karena berkaitan dengan tradisi pagan.
Meskipun banyak orang tetap merayakan Natal, Alkitab mengajarkan umat Kristen untuk berpikir kritis, menghargai kebenaran, dan setia pada prinsip iman meski sikap tersebut tidak populer.
Namun, Saksi-saksi Yehuwa tetap menghormati pilihan pribadi setiap orang dan tidak mengganggu perayaan Natal orang lain.
Perayaan Natal di Ethiopia, yang dikenal dengan sebutan Genna, digelar dua kali karena festival ini berlangsung seminggu setelah kalender Gregorian.
Perayaan Genna dimulai dengan Vigil sepanjang malam, menyusul puasa selama 43 hari yang melarang konsumsi daging, telur, dan produk susu.
Kalender Ethiopia memiliki sistem bulan yang berbeda, sehingga Natal dirayakan pada tanggal 29 Tahsas atau sekitar 7 januari.
Kalender yang dipakai Gereja Tewahedo Ortodoks Ethiopia awalnya berasal dari kalender Gereja Ortodoks Koptik di Mesir, namun kini memiliki hari-hari khususnya sendiri.
Umat Ortodoks Ethiopia menghadiri misa malam Natal, yang disebut Gahad Natal, dimulai pukul 6 sore dan berakhir pada pukul 3 pagi di Hari Natal.
(rnp/bac)