Menakar Dampak Rokok Elektrik pada Kesehatanmu

CNN Indonesia
Rabu, 12 Jul 2017 10:20 WIB
Vape atau rokok elektrik sedang naik daun. Ada yang bilang rokok tipe ini lebih sehat. Tapi mengapa ilmuwan berkata sebaliknya?
Ilustrasi (Foto: lindsayfox/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Vape atau rokok elektrik sedang naik daun. Kamu bisa melihat orang-orang mengisap vape dan asapnya akan mengebul dengan aroma macam-macam.

Tapi apakah gaya hidup ini lebih sehat ketimbang merokok tembakau? Mengapa ada yang mengklaim rokok ini berguna mengatasi kecanduan merokok tembakau?

Faktanya, penelitian mendapati kandungan kimiawi pada cairan vape berpotensi merusak paru-parumu dan menyebabkan radang. Vape memang tak membakar tembakau atau apapun. Alat ini mengubah cairan beraroma tertentu menjadi uap air yang kemudian diisap.

Ada cairan yang mengandung nikotin dan ada yang tidak. Cairan yang mengandung nikotin jelas tetap bisa menimbulkan kecanduan seperti rokok tembakau dan penelitian menemukan, nikotin ini membahayakan kesehatan.

Penelitian yang dilakukan Irina Petrache, ahli paru-paru dari Universitas Indiana di Indianapolis mendapati nikotin dapat menyebabkan peradangan para paru-paru. Fungsi paru-paru untuk menolak unsur yang mengganggu tubuh pun berkurang.

Bagaimana kalau cairan vape tak mengandung nikotin? Tetap saja berpotensi membahayakan dan tim Petrache mendapati cairan itu juga mengganggu fungsi paru-paru. Apa sebabnya?

Petrache, seperti dikutip sciencenewsforstudent.org, menduga itu berhubungan dengan cairan vape, yang mungkin mengandung unsur kimia yang mengganggu kesehatan. Temuan mereka ini diterbitkan di jurnal American Journal of Physiology — Lung Cellular and Molecular Physiology.

Pada penelitian lain, ilmuwan dari Universitas North Carolina mencoba memaparkan sel paru-paru manusia kepada 13 macam aroma rokok elektrik. Sel ini dipaparkan selama 30 menit sampai seharian penuh.

Lima aroma kedapatan mempengaruhi sel paru-paru. Dampaknya, sel tak bisa bereproduksi secara normal. Pada dosis tinggi, sel itu malah mati. Temuan ini dipresentasikan pada Mei lalu di pertemuan American Thoracic Society.

Dokter sendiri menyatakan penggunaan rokok elektrik masih jadi pro dan kontra di kalangan pakar dan peneliti. Ada yang mengatakan 60 persen perokok tembakau bisa berhenti kalau beralih ke rokok elektrik. Tapi yang lain menunjukkan rokok elektrik tak membantu perokok sema sekali, malah bisa saja melanggengkannya.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menganjurkan produsen rokok elektrik untuk tidak mengklaim produknya bisa membantu perokok tembakau menghentikan kebiasaannya. Soalnya, belum ada penelitian ilmiah yang membuktikan hal tersebut.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER