Jakarta, CNN Indonesia -- Masa remaja adalah masa-masa terindah untuk mengukir kenangan ketika hidup, banyak hal yang bisa kita rasakan dan alami pada saat masa ini. Banyak orang juga yang sering berkata, masa muda terutama saat kita masih duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA) adalah masa yang tidak bisa pernah terlupakan.
Masa di mana biasanya kita menemukan cinta pertama kita. Walaupun bukan cinta serius, tapi cinta monyet. Buih-buih cinta inilah yang terkadang paling mengukir kenangan dilubuk hati para kaum muda.
Menemukan cinta pertama di masa remaja adalah hal yang paling menjadi momentum. Kita bisa menemukan banyak pasangan yang romantis, dari nakal menjadi baik, dari yang baik menjadi nakal, cemburuan bahkan posesif yang berujung kekerasan (abuse).
Wah serem juga ya saat kita menemukan pasangan yang posesif. Pasangan yang bisa merenggut kebahagiaan kita. Bahkan bisa melukai kita.
Baru-baru ini bioskop Indonesia merilis satu buah film yang berjudul Posesif. Film ini menceritakan Yudhis (Adipati Dolken) seorang murid baru yang jatuh cinta kepada Lala (Putri Marino) seorang atlet loncat indah di sekolahnya.
Film ini menggambarkan realita cerita cinta remaja yang anak SMA yang menemukan cinta pertamanya.
Hubungan Yudhis dan Lala pada awalnya berjalan baik-baik saja dan romantis seperti layaknya orang yang baru pacaran, masih dipenuhi dengan rasa kasmaran. Namun lama kelamaan Lala semakin mengalami kekerasan oleh Yudhis, bahkan bukan hanya fisik saja tetapi psikis juga.
Cerita film ini bisa menggambarkan realita yang terjadi di kehidupan nyata karena salah satu medium penyampaian pesan adalah film. Salah satu contohnya adalah film ini memperlihatkan bagaimana kekerasan dalam pacaran (KDP) itu ada, masih terjadi dan bisa menimpa siapapun.
Seperti yang dilansir oleh katadata.com, Komnas Perempuan mencatat sebanyak 2.734 kasus kekerasan dalam pacaran (KDP) atau dating violance terjadi selama 2016.
KDP merupakan tindak kekerasan terhadap pasangan yang belum terikat pernikahan yang mencakupi kekerasan fisik, psikologi, dan ekonomi.
Kebanyakan yang menjadi korban dalam KDP adalah pihak perempuan disebabkan beberapa faktor mulai dari rasa takut, rasa bersalah, rasa malu, dan merasa tidak memiliki dukungan secara sosial maupun individual.
Data ini adalah data terbesar kedua KDP setelah banyaknya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang mencapai 11.207 yang terjadi selama tahun 2016.
Jika melihat banyaknya data KDP di indonesia tentunya ini sangat miris sekali, karena masa remaja yang seharusnya dilewati dengan canda tawa dan momen bahagia justru jadi tragis karena harus menerima tindak kekerasan apalagi dari pacarnya sendiri.
Terlebih lagi tindakan-tindakan abuse ini dimulai dari perkara-perkara kecil dan ketidaknyamanan terhadap diri sendiri serta khawatir yang berlebihan terhadap pasangannya, cemburu dan akhirnya berujung pada sikap posesif yang bisa menyakiti.
Mengenal Posesif
Menurut Pinkan Rumondon, seorang psikolog, saat diwawancarai dalam acara Indonesia Morning Show, posesif adalah ingin memiliki seseorang atau sesuatu. Dalam kasus hubungan, artinya dia merasa ingin memiki pasangannya dan merasa pasangannya itu punya dia.
Representasinya seseorang yang memiliki sifat posesif akan cenderung membatasi ruang gerak pasangannya, apalagi saat berhubungan dengan lawan jenis.
Ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang bisa bertindak posesif atau memiliki perilaku posesif. Misalnya dalam film ini, Yudhis yang bertindak kasar terhadap Lala, ternyata ada faktor internal keluarga Yudhis yang kasar, yaitu ibunya yang kerap kali memukuli Yudhis ketika Yudhis tidak bisa menuruti apa keinginan ibunya.
Menurut sang ibu, pemukulan itu adalah bentuk kasih kasih sayang terhadap anak.
Di sini tindakan yang dilakukan ibu Yudhis yang kerap kali memukuli Yudhis memberikan faktor atau alasan kenapa pasangan kita bertindak kasar. Karena itu semua bisa saja terjadi karena mencontohkan apa yang bisa orang tua lakukan.
Selain faktor dari keluarga, faktor lain adalah rasa cemburu. Menurut pingkan, ada tiga jenis cemburu dan posesif adalah jenis cemburu yang paling bisa membuat kerugian dan menimbulkan kekerasan dibanding cemburu reaktif dan cemburu cemas.
Pasangan Posesif
Banyak kaum muda yang akhirnya terjebak hubungan dengan pasangan yang posesif. Ada yang memilih untuk tetap melanjutkan hubungan karena berharap pasangan dapat berubah suatu saat nanti. Tapi tidak jarang pula memilih untuk berhenti melanjutkan hubungan karena merasa lelah.
Tapi sebenernya apa yang membuat seseorang memiliki label posesif? Beberapa ciri atau tanda bahwa kamu atau pasangan kamu posesif dengan ditandai kecemasan terhadap diri sendiri ketika pasangan tidak bersama kita atau sedang melakukan kegiatan di luar.
Pembeda antara posesif dan cemburu adalah sifat posesif ini lebih membatasi pasangan dalam berinteraksi terutama dengan lawan jenis. Padahal belum terbukti si pasangan itu berhubungan dengan lawan jenis.
Jika kita sering mendapati pasangan kita membatasi ruang gerak kita, dengan siapa kita berhubungan atau kontak, patut dicurigai bahwa pasangan kita itu posesif. Atau kamu yang merasa khawatir jika pasanganmu pergi sendiri atau kegiatan di luar tanpa kamu, patut dicurigai kamulah yang posesif.
Dampak posesif
Dampak yang ditimbulkan jika pasangan kita posesif terhadap kita tentunya akan membuat ruang gerak kita terbatas. Kita juga sulit untuk mengekspresikan diri ketika kita dibatasi oleh pasangan dan tentunya akan mempengaruhi kegiatan kita sehari-hari.
Dampak yang paling parah ketika pasangan kita posesif dan sudah melakukan tindakan “Abuse” tentunya akan membuat diri kita tersakiti pula baik secara fisik maupun psikis.
Untuk diri kita yang mengidap posesif pun akan memberikan kerugian juga karena tingkat kecemasan dalam dirinya meningkat dan bisa mempengaruhi otak dalam bertindak.
Peran orangtua dan sahabat
Peran orang tua sangat diperlukan jika anaknya mempunyai pasangan atau berperilaku posesif. Dukungan moril dan nasihat dapat membantu anak dalam menghadapi problematika ini.
Dengan dibicarakan secara baik diharapkan anak bisa mengubah perilaku posesifnya. Orang tua juga harus mengenali pola tingkah laku anaknya ketika ada perbedaan, karena posesif bisa merujuk pada tindakan kekerasan dan tentunya ini sangat fatal.
Sehingga dalam kehidupan remaja dan dinamika problematika tentang cinta di masanya, orang tua hendaknya bisa selalu memberikan contoh yang baik dan pendampingan yang lebih khusus agar anak bisa menghindari perilaku posesif dan korban posesif.
Di sini peran sahabat juga sangat mendukung dalam interaksi sosial di luar lingkungan keluarganya. Sahabat bisa menjadi penasihat dan menjadi pendengar bagi temannya yang mempunyai tindakan posesif ini. Sehingga beban psikis terutama yang dialami oleh korban bisa berkurang dengan adanya sahabat yang menjadi teman curhat berbagi pilu.
(ded/ded)