Ibu, Sang Pilar Peradaban

Lia Elita Robani | CNN Indonesia
Jumat, 22 Des 2017 14:51 WIB
Ibu tidak hanya menjadi guru pertama bagi anak, lebih dari itu, menjadi pilar peradaban. Karena itu, perempuan harus memiliki pengetahuan. Di mana sekolahnya?
Ilustrasi (Foto: marvelmozhko / Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang Dosen pernah berkata, warisan paling utama dari orangtua adalah ajaran (didikan). Dalam lingkup keluarga, perempuan tidak hanya berperan sebagai ibu, tapi juga sebagai guru pertama bagi anaknya. Hal penting lainnya, kecerdasan anak diwariskan dari ibu, bukan ayah.

Ibu tidak hanya menjadi guru pertama bagi anak, lebih dari itu, menjadi pilar peradaban. Karena itu, perempuan harus memiliki pengetahuan dan ilmu agar kelak bisa mendidik anaknya dengan baik.
    
Ibu dan anak tentu saja hidup di zaman yang berbeda. Ali bin Abi Thalib bahkan mengatakan, didiklah anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zamannya, bukan di zamanmu. Maka, penting bagi Ibu untuk menyesuaikan pola pengasuhan.

Sebagai pihak yang biasanya memiliki kedekatan emosional dengan anak, Ibu adalah orang yang paling mampu memberi rasa nyaman dan rasa aman bagi anak. Karena itu juga, Ibu sepatutnya mau terus belajar dan menambah ilmu demi tumbuh kembang anaknya.

Memang ada anggapan bahwa mengasuh anak adalah kemampuan naluriah yang akan tumbuh seiring proses menjadi orangtua. Ada pula anggapan bahwa pola pengasuhan bisa tinggal meniru saja dari yang orangtua berikan pada kita.

Lain lagi, ada anggapan bahwa sudah kodratnya perempuan menjadi ibu. Namun, pola pengasuhan tidak sepenuhnya merupakan keterampilan yang gifted dari Tuhan sehingga dipasrahkan pada waktu dan pengalaman. Bisa juga dipelajari dan dipersiapkan.

Perempuan bisa menyiapkan sejak jauh sebelum menikah dan menjadi Ibu, untuk mengemban peran yang sangat penting itu. Misalnya, dengan menghabiskan masa muda untuk mencari ilmu dan pengalaman sebanyak-banyaknya. Termasuk dengan berkarier secara profesional. Menjadi individu yang profesional bisa menuntun seorang perempuan untuk menjadi ibu yang profesional.

Tidak ada sekolah untuk menjadi ibu yang baik nan hebat. Meski begitu ada beberapa hal yang bisa dilakukan perempuan agar menjadi guru pertama dan terbaik bagi anaknya.

Pertama, mengikuti kajian pra-nikah. Dengan mengikuti kajian pra-nikah, perempuan yang kelak akan menjadi Ibu, bisa memiliki pengetahuan dasar dan ilmu tentang kehidupan pernikahan. Selain itu, dapat pula bekal persiapan untuk menjadi orangtua.

Kedua, membaca buku-buku parenting. Membaca buku-buku parenting dapat menjadi salah satu cara yang digunakan karena saat ini sudah banyak buku-buku parenting yang ditulis oleh para pakar dengan gaya yang mudah dimengerti. Studi kasus atau cerita di buku-buku parenting bisa jadi berbeda dengan kenyataan yang dialami. Namun, setidaknya bisa memberi gambaran dan menambah frame of knowledge. Membaca buku adalah salah satu pilihan yang baik untuk belajar dan mengisi waktu luang.

Ketiga, mengikuti seminar parenting. Selain membaca buku-buku parenting, mengikuti seminarnya pun dapat menjadi cara yang asyik. Dengan menghadiri seminar, calon ibu atau pun ibu bisa mendengarkan, bertanya, dan berbagi pengalaman secara langsung dengan orang-orang yang terlibat. Pemaparan materi dan pengalaman-pengalaman yang didengar bisa menjadi bahan untuk menyesuaikan diri.

Keempat, menggali informasi di internet. Mestinya, tidak ada alasan lagi bagi perempuan untuk tidak mau belajar karena saat ini informasi sangat mudah diakses melalui internet. Selain itu, internet menyediakan format multimedia sehingga ada banyak pilihan untuk belajar. Bisa dengan membaca artikel, membaca blog tentang pengalaman mendidik anak, menonton video tentang parenting, bahkan mengunduh kajian-kajian terkait.

Semua hal itu bisa dilakukan seandainya perempuan sadar bahwa ia adalah guru pertama dan pilar peradaban. Perempuan mestinya mulai mengorientasikan berbagai hal bukan lagi hanya untuk dirinya, tapi juga untuk masa depannya sebagai Ibu. Semangat mencari modal terkait parenting harus mulai ditumbuhkan sejak muda. Belajar adalah proses yang tiada henti sehingga perlu dinikmati.

Meski ibu adalah sekolah pertama, bukan berarti peran ayah dikesampingkan atau tidak ada sama sekali. Pendidikan anak tetaplah tanggung jawab keduanya. Peran ayah pun sangat penting dalam penentuan dan pemberian pola asuh. Ayah diharapkan mau dan mampu mendukung ibu sebagai guru pertama bagi anaknya. Keduanya harus menyadari bahwa didikan yang diberikan akan menjadi warisan paling utama bagi sang anak.

(ded/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER