The Wandering Plastic

The Wandering Plastic
Darwin Setiawan Husin
23 tahun, Palembang
@darwins_xu

Setelah digunakan sebagai kemasan susu kekinian Sang plastik memulai perjalanannya. Tiada badai tiada topan ditemui oleh sang plastik. Perjalanannya sangat lancar. Tepi pantai pun ia lewati. Dari jala nelayan yang besar sekalipun sang plastik berhasil lolos. Mengikuti arus, sang plastik terus melanjutkan perjalanan. Sampai pada akhirnya dia sampai di sebuah ruang. Ruang itu luas tak berbatas apakah ini yang disebut bebas?

Namun arus tak mampu membawanya berkelana lagi Sang plastik terbelenggu di dalam kebebasan itu selama ratusan tahun.

Di sisi lain para nelayan juga tidak menemui badai maupun topan. Pelayaran mereka untuk mencari ikan dan udang juga sama dengan sang plastik, sangat lancar. Namun sepanjang pelayaran hanya botol plastik yang mereka temui. Bagaimana dengan ikan dan udang?

Memang betul alat sederhana seperti kail dan jala dapat menghidupi mereka. Namun apakah ikan dan udang masih “menghampiri” mereka di zaman seperti ini?

Lautan Indonesia memang bukan sekadar lautan namun perlahan dapat berubah. Menjadi kolam bagi kemasan plastik dari susu kekinian dan sejenisnya.

Lalu bagaimana dengan kolam susu yang kaya gizi itu?

Kampanye melawan plastik dan isu tentang sampah plastik pasti sudah biasa didengar oleh semua orang. Sebagai manusia yang mempunyai ego dan masalahan hidup, terkadang merasa apatis terhadap hal kecil seperti membuang sampah plastik sembarangan atau memisahkan sampah daur ulang, yang sebetulnya mungkin memiliki dampak besar bagi pihak lain. Karena suka tidak suka, alam dan penghuninya merupakan komunitas.

Dan kembali lagi bagaimana dengan nasib laut, oh bukan, kolam susu yang kaya gizi tadi? Yang jelas #kamupunyaperan dalam menentukan nasibnya dan melawan sampah plastik ini.