Runtai

Impian Hollywood
Travis Japan

Kaito Miyachika mengeluarkan beberapa lembar kertas dari kantong kemejanya. Pria yang akrab disapa Chaka itu terlihat gugup. Pandangannya ke mana-mana. Ia memikul tanggung jawab mengumumkan kabar besar soal masa depan grupnya, Travis Japan.

Sebelum meluncurkan berita kepada penggemar melalui Instagram Live, Chaka mengecek sekali lagi anggota grup – yang dibalas dengan ekspresi kesiapan oleh enam orang lainnya. Chaka lantas membacakan catatan itu.

“Kami, Travis Japan, akan pergi ke Los Angeles, Amerika, pada akhir Maret,” kata Chaka yang diikuti riuh tepuk tangan anggota Travis Japan lainnya.

Travis Japan memutuskan merantau ke Amerika Serikat untuk menjalani pelatihan. Mengasah keterampilan dan kemampuan sebagai grup idol. Perjalanan ini merupakan langkah besar bagi Travis Japan yang bernaung di bawah agensi Johnny & Associates.

“Saya sangat gugup,” aku Chaka saat berbincang dengan CNNIndonesia.com akhir Maret lalu.

“Tapi, itu adalah kegugupan karena akan mengumumkan kabar baik, bukan kabar buruk. Saya sangat memikirkan cara terbaik untuk menyampaikannya,” lanjutnya.

Tidak hanya soal pengumuman. Grup yang beranggotakan Chaka, Noel Kawashima, Ryuya Shimekake (Shime), Shizuya Yoshizawa (Shizu), Kaito Nakamura (Umi), Kaito Matsukura (Matsuku), dan Genta Matsuda itu mengakui mereka sangat resah dan khawatir akan perjalanan itu sendiri.

Ini adalah kali keempat grup di bawah Johnny & Associates coba mendobrak pasar Amerika Serikat. Dua grup terdahulu, Johnny’s dan Shounentai, mandek di tengah jalan karena satu dan dua hal lainnya.

Setelah Shounentai batal debut di Amerika sekitar 1980-an dan pada akhirnya debut di Jepang, belum ada lagi grup dari agensi tersebut yang mencoba debut di Amerika.

Bahkan, grup idol Arashi tidak berhasil mewujudkan semua rencana mereka di Amerika sebelum hiatus di tengah pandemi.

Ketujuh anggota Travis Japan masih memegang erat impian besar untuk debut secara internasional sebagai grup. Mereka bahkan menjawab dengan kompak dan penuh keyakinan bahwa itu adalah tujuan di depan mata mereka.

Namun yang membedakan mereka dari dua grup seniornya adalah, Travis Japan memilih memoles bakat mereka terlebih dulu di negeri Paman Sam.

“[Perjalanan] ini merupakan salah satu langkah untuk perkembangan kami agar layak untuk debut dengan label besar,” tegas Chaka.

Rencana pertama Travis Japan saat menjejakkan kaki di Amerika Serikat adalah berpartisipasi dalam kompetisi menari World of Dance Orange County di House of Blues Anaheim, California, 27 Maret lalu.

Travis Japan tidak setengah hati mengikuti kompetisi pertamanya dan berhasil mengukuhkan posisi ketiga pada kompetisi divisi tim. Mereka tidak hanya membawa pulang trofi tempat ketiga, tapi juga dua penghargaan lainnya, yaitu Best Costume dan Crowd Favorite.

“Kami tidak pernah mengalami hal yang seperti ini. Sangat membahagiakan dan sangat memotivasi kami untuk belajar dan bekerja keras,” kata mereka usai memenangkan kompetisi World of Dance Orange County.

“Secara garis besar, ini hanyalah permulaan. Kami sekarang telah memiliki energi untuk benar-benar memulai [perjalanan kami],” sambung mereka.

Bagi Travis Japan, tak ada negara lain yang menjadi mimpi mereka selain Amerika Serikat. It's their American Dream.

Para personel grup memiliki alasan kolektif berlabuh di Amerika untuk menuai sebanyak mungkin pembelajaran sebagai grup idol.

Ambisi ini tak bisa lepas dari sejarah orang yang menyatukan mereka dengan Amerika, Johnny Kitagawa, sang pendiri agensi Johnny & Associates, sekaligus salah satu legenda industri hiburan Jepang. Dari tangan Johnny lah lahir puluhan grup idol pria Jepang dalam 60 tahun terakhir.

Johnny yang lahir di Los Angeles –kota tempat tinggal Travis Japan saat ini—memang pengagum budaya dan bisnis hiburan Amerika Serikat.

Pada 2012 silam, dia juga membentuk Travis Japan dan menamai grup tersebut dari sosok Travis Payne, seorang koreografer asal Amerika. Payne merupakan pengarah tari mendiang Michael Jackson, termasuk untuk konser pamungkas This Is It.

Bahkan, lagu orisinal pertama Travis Japan pun berjudul 夢のHollywood (baca: Yume no Hollywood; Hollywood of Dreams). Judul tersebut sudah cukup menggambarkan garis tangan Travis Japan sebagai sebuah grup.

“Agar dapat tumbuh sebagai perwakilan dari apa yang kami bawa ke dunia, rasanya masuk akal jika memulai di tempat semua ini dimulai,” ujar Shizu.

Namun petualangan Travis Japan, termasuk pencapaian awal di Amerika itu, tidak akan pernah disaksikan oleh kedua mata Johnny. Ia wafat pada Juli 2019.

Travis Japan tentu ingin sang legenda mengetahui perjalanan mereka ke negara yang dikaguminya itu. Namun mereka semua yakin, mendiang Johnny Kitagawa akan mendukung penuh misi ini.

“Jika ia [Johnny Kitagawa] masih di sini bersama kami, dia pasti akan mendorong kami ke dalam pesawat dan melakukannya sambil tersenyum,” ucap Umi.

Menanti Pembuktian di Dunia Baru

Musim panas 2020. Chaka, Noel, Shime, Shizu, Umi, Matsuku, dan Genta memikirkan ulang nasib dan masa depan Travis Japan selanjutnya sebagai sebuah grup. Mereka masih memegang ambisi dan cita-cita yang sama: debut.

Namun, mereka harus memutar otak dan menempuh diskusi panjang agar dapat mewujudkannya.

Ide merantau ke Amerika Serikat ini sempat alot saat pandemi melumpuhkan dunia. Mereka menghabiskan waktu setahun untuk memantapkan ide dan rencana ke benua seberang, termasuk rangkaian kegiatan yang akan dilakukan di Dunia Baru itu.

“Setelah kami memutuskan, tentu sebagai Travis Japan dengan satu hati, kami mengungkapkan [rencana ke Amerika] kepada para petinggi agensi,” ucap Noel.

Pihak agensi mendukung penuh keputusan Travis Japan, tidak terkecuali Takizawa Hideaki selaku wakil presiden Johnny & Associates yang juga mantan idol dari grup Tackey & Tsubasa.

Travis Japan juga mendapatkan dukungan dan saran dari banyak pihak, seperti senior-senior di agensi hingga para staf.

Dengan restu dan dukungan agensi serta banyak pihak lain, langkah selanjutnya yang mesti diambil adalah persiapan jelang keberangkatan. Memasuki musim panas 2021, Travis Japan mulai menjalani latihan menari, vokal, dan kursus bahasa Inggris.

Kursus-kursus tambahan itu mereka jalani sembari mempersiapkan diri mengikuti kompetisi World of Dance Orange County. Setelah memastikan posisi ketiga di kompetisi tersebut, mereka akan melangkah ke babak selanjutnya.

Kini, hari-hari Travis Japan di Amerika pun diisi dengan kelas, kelas, dan kelas.

Mereka latihan vokal dengan bantuan Katie Riggs, seorang pelatih vokal yang pernah menangani Ozzy Osbourne hingga Dua Lipa. Sedangkan, beberapa waktu lalu, mereka tertangkap sedang mengikuti kelas tari di Millenium Dance Complex.

“Kami akan menjadi Travis Japan milik dunia.”

- Ryuya Shimekake -

Namun cahaya dukungan tak selamanya menerangi jalan Travis Japan seperti matahari Los Angeles.

Ketika Travis Japan mengumumkan perantauan ke Amerika, media sosial mereka bercampur dukungan dan kekecewaan dari penggemar. Bahkan sejumlah spekulasi juga beredar liar soal keputusan itu.

Para penggemar kadung memiliki ekspektasi bahwa Travis Japan akan mengumumkan debut pada hari pengumuman secara daring itu. Sayangnya, bukanlah pengumuman debut yang terucap dari bibir Chaka.

Travis Japan mengakui bahwa mereka sadar dan mengetahui ketegangan yang terjadi di antara para penggemarnya di jagat maya usai pengumuman.

Akan tetapi, mereka tidak punya kata-kata lain untuk diucapkan kepada para penggemar agar memercayai omongan ketujuh anggota itu. Termasuk, bahwa keputusan ke Amerika Serikat adalah betul-betul inisiasi dari mereka sendiri.

Travis Japan bertujuh tetap ingin memiliki hubungan yang baik dengan para penggemar, baik yang berada di Jepang maupun di belahan dunia lainnya. Mereka ingin dan hanya bisa membuktikannya dengan pencapaian mereka di negeri seberang.

“Kami berharap semua penggemar dapat menyadari betapa besar peluang ini bagi kami dan betapa seriusnya kami berkomitmen untuk melakukan yang terbaik,” ucap Chaka.

“Harapan tulus kami adalah agar kalian dapat mendukung kami. Jika tidak sekarang, maka suatu hari nanti ketika kami membawa pulang sebuah pengalaman yang dapat membuat penggemar kami bangga,” lanjutnya.

Mereka telah memikirkan cara yang terbaik untuk membayar perasaan kesepian para penggemar. Seluruh saluran penghubung antara Travis Japan dengan para penggemar tetap aktif, mulai dari Instagram; situs Johnny’s web; Island TV; hingga dua channel YouTube Travis Japan, yaitu Johnny’s Jr. Channel dan +81 Dance Studio.

“Kami ingin membagikan kehidupan sehari-hari kami di Amerika lewat media sosial dan blog sesegera mungkin,” janji Matsuku.

Travis Japan masih berkeinginan untuk mengisi sendiri konten untuk +81 Dance Studio, channel tempat mereka berkreasi mengkoreografi ulang lagu-lagu klasik dari grup-grup besutan Johnny & Associates. Kendalanya adalah keinginan tersebut agak sulit terwujud selama mereka masih beradaptasi di Amerika.

Mereka memutuskan konten-konten di channel tersebut sementara akan dibantu oleh para junior Travis Japan. Mereka juga membuka pintu yang sangat lebar untuk berkolaborasi dengan para koreografer Amerika suatu hari nanti di +81 Dance Studio.

“Saya ingin melakukan +81 (Dance Studio) di Amerika, dan saya akan sangat senang jika kami bisa berkolaborasi dengan koreografer Amerika,” harap Genta.

Lini Masa Sedekade

Travis Japan

2012
2017
2018
2019
2020
2021
2022

Pengumuman sudah terucap, rangkaian jadwal telah dijalani, tapi perjalanan Travis Japan di Amerika Serikat sejatinya baru dimulai. Masih banyak tantangan yang akan menyapa di 8.900 kilometer dari kampung mereka.

Travis Japan berjanji akan menggunakan waktu sebanyak-banyaknya dan selama mungkin di Amerika untuk menghadapi tantangan tersebut.

Dalam salah satu episode di YouTube Jyanino Channel, Kazunari Ninomiya yang memimpin channel itu memberikan otoshidama alias angpao kepada adik-adik juniornya. Ia menyerahkan otoshidama sembari menitipkan pesan.

Pria yang disapa Nino itu memberikan “en” berupa mata uang Jepang untuk mereka bawa, lalu menyuruh memulangkan kembali “en” itu agar tidak lupa dengan asal-usul mereka sebagai orang Jepang.

“Kami menerima ‘en’ Jepang dan kami bawa ke Amerika. Saat kembali ke Jepang, ‘en’ itu kami bawa pulang dengan hati-hati dan kami anggap sebagai dorongan untuk membangun hubungan dengan orang lain,” jelas Noel.

Maka jangan heran bila mereka belum bisa menyebutkan kapan mereka akan pulang kampung. Satu hal yang pasti: Travis Japan pasti akan pulang suatu hari nanti ketika mereka sudah matang.

Travis Japan ingin pulang ketika nama grup itu sudah semakin besar dan kemampuan mereka sebagai seorang idol telah terpoles dengan baik.

Mereka ingin membayar kesedihan dan kekecewaan para penggemar atas kepergian mereka ini dengan menunjukkan bahwa grup itu telah berkembang pesat dan akhirnya layak untuk bisa debut.

Karena, Shime berkata, hingga akhirnya hari debut tiba, “Kami akan menjadi Travis Japan milik dunia.”