










Melankolia
Batas Kota
Oleh:
Bisma Septalisma
DKI Jakarta. Pusat kekuasaan, magnet niaga, serta pelabuhan bagi mereka-mereka yang ingin mengadu peruntungan demi kata masa depan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2019, jumlah penduduk ibu kota mencapai 10,5 juta jiwa dengan didominasi kelompok usia produktif (25-29, 30-34 dan 35-39 tahun).
Namun Jakarta juga menjadi kota dengan rasio ketimpangan (rasio gini) paling tinggi di Indonesia. Pada Maret 2020, BPS mencatat angka kemiskinan DKI meningkat 1,1 persen jadi 4,53 persen.
Penuh sesak ibu kota tak jadi kata penghalang untuk orang datang. Pasca-lebaran tahun lalu, tercatat lebih dari 30 ribu orang masuk ke Jakarta untuk mengadu nasib.
Sebagai titik singgah dan kantong massa terbesar di Indonesia, tak heran DKI Jakarta juga menjadi pusat penyebaran virus ketika wabah corona datang pada Maret 2020.
Rem aktivitas pun terpaksa ditarik sementara. Jurang ketimpangan yang sebelumnya telah menganga, jadi kian melebar ketika sebagian masyarakat harus kehilangan mata pencaharian.
Di tengah-tengah angka penularan yang masih tinggi, sejumlah warga Ibu Kota masih harus terus melaju dan bergerak demi bertahan hidup.
Jakarta yang sempat mati suri pada April lalu akibat pemberlakukan PSBB pun kini mulai normal. Antrean dan kerumunan kembali terlihat wajar dan biasa.
Ruang-ruang terbuka sebagai sarana melepas penat paling aman mulai disinggahi kembali.
Roda ekonomi Metropolitan pada akhirnya sukar dihentikan terlalu lama. Titik tengah antara keselamatan dan pendapatan harus pelan-pelan ditemukan.
Mimpi setiap orang untuk jadi sukses di ibu kota berjalan beriringan dengan dinamisnya kehidupan kota. Sebuah kidung melankolia di relung-relung Jakarta.