Berawal sejak mulai populernya sepak bola di Inggris di pertengahan abad 19, sepatu menjadi perlengkapan yang harus dipakai pemain dalam pertandingan sepak bola. Pada saat itu, sepatu belum diproduksi secara khusus untuk pemain sepak bola. Para pemain menggunakan sepatu kerja yang cukup berat. Hal itu menyebabkan pemain kesulitan bergerak mengingat sepatu tersebut tidak didesain untuk berlari dan menendang bola. Tidak jarang, sepatu dengan model tersebut menyebabkan lawan cedera.
Pada 1891, untuk memaksimalkan kualitas permainan, sepatu khusus sepak bola untuk pertama kalinya didesain dengan bahan utama kulit dengan berat kurang lebih setengah kilogram. Bagian atas sepatu didesain menutupi pergelangan kaki sebagai upaya perlindungan bagi pemain. Model sepatu ini menjadi cikal bakal sepatu sepak bola di era modern.
Memasuki abad 20, model sepatu sepak bola tidak banyak berubah seiring meletusnya era perang dunia hingga akhir 1940-an. Sepatu kulit dengan model menutup pergelangan kaki masih digunakan pemain di Piala Dunia 1930 hingga 1938.
Walaupun tidak banyak perkembangan yang signifikan di era ini, produsen sepatu sepak bola mulai bermunculan seperti Gola (1905), Valsport (1920), Hummel (1923), dan Dassler (1923).
Piala Dunia 1950 menjadi adalah kali pertama turnamen itu digelar setelah sempat dihentikan karena Perang Dunia II. Teknologi dan riset mulai diterapkan untuk desain sepatu yang lebih ringan dan pendek. Desain tersebut bertujuan untuk memudahkan pemain bergerak lebih cepat, seperti halnya penyerang tim nasional Brasil, Pele. Dia memakai sepatu Puma, sepatu yang didesain ringan di final Piala Dunia 1962.
Adidas secara cepat menguasai pasar di era ini. Dilansir dari Footy Boots, 75 persen pemain menggunakan sepatu Adidas di Piala Dunia 1966 Inggris.
Beberapa perusahaan yang turut meramaikan pasar produsen sepatu sepak bola di era ini antara lain Mitre (1960), Joma (1965), dan Asics (1964).
Dekade 1970-an menjadi awal era saat perusahaan produsen sepatu menjalin sponsorship dengan pemain sepak bola. Mereka akan membayar pemain untuk menggunakan produknya sebagai bagian dari pemasaran.
Pele, di final Piala Dunia 1970 dibayar Puma untuk memakai produknya Puma King. Kala itu Pele meminta waktu kepada wasit untuk mengikat tali sepatunya, sesaat sebelum kick off. Berawal dari kejadian tersebut, sepatu yang digunakan Pele menjadi perbincangan.
Di era ini pula, variasi warna sepatu mulai diterapkan dalam produksi dipopulerkan oleh Hummel di tahun 1970 dengan memproduksi sepatu berwarna putih. Alan Ball, gelandang Inggris di Piala Dunia 1970 menjadi pemain yang memulai tren sepatu warna putih. Sebelumnya, sepatu hanya diproduksi dalam satu warna, yakni hitam.
Piala Dunia 1982 Spanyol menjadi panggung bagi sepatu produksi Adidas. Copa Mundial yang dirilis tiga tahun sebelumnya populer dipakai pemain di Spanyol.
Copa Mundial dikenal dengan model sepatu dengan bahan kulit kangguru yang ringan, nyaman dan fleksibel. Copa Mundial disebut sebagai sepatu dengan kulit paling tipis di pasaran pada saat itu. Bahkan, gelandang tim nasional Perancis, Michel Platini beranggapan Copa Mundial sebagai model sepatu terbaik sepanjang masa.
Pemain-pemain yang memakai Copa Mundial antara lain kapten Jerman Franz Beckenbauer
Di Piala Dunia 1986, Diego Maradona membuat sepatu Puma King menjadi sepatu yang legendaris setelah memakai sepatu tersebut saat mencetak dua gol paling bersejarah dalam Piala Dunia, "Hand of God" dan "Goal of The Century".
Di era ini beberapa produsen sepatu yang meramaikan persaingan produsen sepatu sepak bola antara lain seperti Umbro (1985), Lotto (1982), dan Kelme (1982).
Era 90'an menjadi era pasar yang kompetitif bagi produsen sepatu sepak bola di dunia. Pendatang baru seperi Mizuno (1997), Uhlsport (1993), dan Reebok (1992) meramaikan persaingan pasar.
Adidas Predator yang dirilis di tahun 1994 menjadi model sepatu paling populer pada saat itu. Dengan model sol luar yang lebih ringan, Adidas predator jadi barang yang banyak diburu. Sejumlah pemain bintang yang memakai model ini antara lain David Beckham, Raul Gonzalez, dan Alessandro Del Piero.
Merespons kesuksesan Predator, Nike muncul meramaikan pasar dengan produknya Mercurial di tahun 1998. Penyerang tim nasional Brazil, Ronaldo dikontrak untuk mempopulerkan Mercurial di Piala Dunia 1998 di Perancis. Dengan berat hanya 200 gram, Mercurial populer hingga era 2000-an.
Di era ini, Adidas, Nike, dan Puma mulai menunjukkan eksistensinya sebagai tiga produsen sepatu terkemuka di dunia.
Era milenium baru ditandai penerapan teknologi dalam pengembangan model sepatu sepak bola. Hal tersebut untuk merespons perkembangan gaya permainan pesepakbola yang lebih cepat.
Teknologi laser diterapkan untuk membantu produksi sepatu, menyesuaikan bentuk dan karakter kaki pemain sehingga mendapat kenyamanan. Selain itu, pemain dapat mencantumkan nama, nomor punggung, inisial, atau logo klub di sepatu yang ia pakai. Personalisasi tersebut bermanfaat untuk mengenali sepatu di ruang ganti bagi pemain agar tidak tertukar.
Sistem komputerisasi dengan microchip dipasang di sepatu untuk mengikuti dan menganalisa pergerakan pemain di lapangan. Dengan begitu, performa pemain di lapangan dapat diketahui melalui sepatu yang ia pakai.
Naskah: Tim CNNIndonesia.com
Tata letak: Muhammad Ali
Desain & Ilustrasi: Timothy Loen