Surat-surat untuk Greysia Polii
Apriyani Rahayu
Kepada Greysia Polii

Saat pertama kali masuk pelatnas sebagai anak baru dan ketemu Kak Ge, tentu aku masih segan. Mau ngomong takut, mau gerak sedikit takut, segan pasti dengan sosok Kak Ge.

Cuma Kak Ge itu tidak memberi jarak dengan juniornya. Yang aku rasain, Kak Ge itu bisa berbaur ke anak-anak baru. Suka bercanda dengan kita, bisa jadi teman. Kak Ge benar-benar welcome sama juniornya.

Cuma memang dari kita sebagai anak baru yang sungkan, enggak mungkin tidak ada perasaan sungkan.

Karena itu ketika aku ditunjuk sebagai partner Kak Ge di Piala Sudirman 2017, tentu aku senang. Kak Ge punya pengalaman yang jauh lebih banyak dibanding aku. Kak Ge bisa mengajarkan aku banyak hal, jadi hal itu yang bikin aku semangat.

14 Juni 2017 Apriyani Rahayu dan Greysia Polii pada babak pertama BCA Indonesia Open 2017 di Jakarta Convention Center, Jakarta. ANTARA FOTO / Wahyu Putro A

Saat akhirnya kita berpasangan, tentu ada gugup, cuma lebih banyak semangat yang dirasakan. Aku senang dipasangkan dengan Kak Ge. Soalnya, siapa coba yang enggak mau jadi partner Kak Ge?

Waktu tampil di Piala Sudirman, sebenarnya itu percobaan dari Koh Didi (Eng Hian). Penilaian apakah kita bisa cocok sebagai pasangan. Alhamdulillah menurut Koh Didi kita berdua bisa cocok lalu kemudian kembali dicoba di Thailand Open.

Tentu aku tidak menyangka bisa jadi partner Kak Ge. Aku baru masuk PBSI, baru setengah tahun di pelatnas dan langsung jadi partner Kak Ge. Kaget!

29 Oktober 2017 Apriyani Rahayu dan Greysia Polii bertanding dalam French Open 2017 di Coubertin Stadium, Paris, Perancis. ANTARA FOTO / Wahyu Putro A

Lalu di Thailand Open kita bisa juara. Saya merasa cocok dengan bimbingan Kak Ge. Kak Ge bisa mengajarkan saya banyak hal dan itu yang bikin aku semangat.

Sepanjang 2017, kita punya prestasi yang bagus. Kita enggak menyangka bisa secepat itu, pelatih juga tidak menyangka. Alhamdulillah tidak sampai setahun kita sudah dapat prestasi yang baik.

Kuncinya menurut saya ada di komunikasi. Kak Ge tidak kasih jarak. Kak Ge selalu menerima aku yang masih muda, yang mungkin pemikirannya jauh berbeda. Itu yang pada akhirnya bisa membuat kita menyatu. Aku sangat mencontoh Kak Ge.

Awalnya Kak Ge memang mau selesai main badminton dan pensiun di 2018. Tetapi kemudian jadi bertahan karena kemauan kita yang lebih lagi, kita mau banyak prestasi lagi dan memang juga ada target dari pelatih.

Kak Ge juga merasakan hal yang sama. Sayang juga kalau Kak Ge berhenti di 2018. Kita susun rencana di situ, kita menyatukan hati, pikiran. Bahwa tujuan kita adalah Olimpiade.

Kita bisa meraih perunggu Kejuaraan Dunia 2018 lalu bisa kembali memperoleh medali perunggu di Kejuaraan Dunia 2019. Alhamdulillah, bagi aku itu patut disyukuri karena kita bangga dengan pencapaian itu.

5 Agustus 2018 Greysia Polii dan Apriyani Rahayu merayakan kemenangan sebagai kuara ketiga pada Kejuaraan Dunia 2018 di Nanjing, China. AFP PHOTO / Johannes EISELE

Itu merupakan pencapaian yang cukup bagus dan luar biasa. Prestasi itu bisa jadi bahan yang menguatkan keyakinan aku dan Kak Ge bahwa kita bisa dapat prestasi yang lebih dari ini.

Aku dan Kak Ge juga berhasil jadi juara SEA Games 2019. Aku enggak menyangka bahwa itu pertama kali Kak Ge bisa dapat medali emas di SEA Games. Aku bangga bahwa aku dan Kak Ge bisa berjuang bareng-bareng.

Kita memang melejit, tetapi ada masanya juga kita up and down, terutama di 2019. Di situ kita banyak berjuang. Ada ego masing-masing yang keluar.

Mungkin karena berawal dari hasil yang jelek, pada akhirnya situasi jadi sensitif untuk kita berdua. Mungkin aku tidak terima, Kak Ge juga tak tidak terima, pada akhirnya hal itu yang membuat ego masing-masing muncul.

Kita sempat diam-diaman waktu itu. Waktu diam-diaman pasti tidak enak. Aku diam, Kak Ge diam, karena mungkin sama-sama kesal. Tetapi kita tahu bahwa enggak mungkin diam-diaman dalam waktu lama.

Bagaimanapun kita harus cari jalan keluar. Karena kita mau prestasi jadi apapun yang menghambat harus bisa dicari jalan keluarnya.

6 Juli 2018 Greysia Polii dan Apriyani kandas di babak perempat final Indonesia Open 2018 di Istora Senayan, Jakarta. detikSport / Agung Pambudhy

Koh Didi tentu tahu kalau anak-anaknya lagi diam-diaman. Koh Didi jadi penengah, menyatukan tekad dan visi-misi lagi. Menyatukan kemauan dan pemikiran kita lagi.

Situasi itu tidak lama, hanya beberapa hari saja. Bagi aku momen itu luar biasa. Karena di situ kita berdua bisa keluar dari tekanan dan menyatukan kembali pikiran kita.

Masuk ke 2020, kita bisa juara Indonesia Masters dan Spain Masters yang membuat semakin yakin menatap Olimpiade. Kemudian pandemi Covid-19 terjadi yang membuat Olimpiade ditunda dan Kak Ge sebelumnya sudah ada rencana menikah.

19 Januari 2020 Greysia Polii dan Apriyani Rahayu merayakan kemenangan pada pertandingan final Daihatsu Indonesia Masters 2020 di Istora Senayan. CNN Indonesia / Andry Novelino

Tetapi situasi itu tidak masalah karena semua sudah dikomunikasikan. Kak Ge membuat keputusan tidak hanya didasarkan pada kepentingan Kak Ge saja. Kak Ge sudah komunikasi ke aku juga.

Kak Ge sudah berkomitmen dan bertanggung jawab untuk tetap fokus ke Olimpiade. Jadi sama sekali persiapan kita ke Olimpiade tidak terganggu.

Awal 2021 kita juara di Thailand Open. Aku enggak tahu kalau Kak Ge masih merasa mixed feeling akibat kehilangan kakak.

Kak Ge bilang waktu itu bahwa Kak Ge enggak mau mengganggu fokus aku, jadi dia menahan semua itu sendiri. Selesai juara, Kak Ge menangis dan aku tahu bahwa Kak Ge emosinya masih campur aduk.

Kak Ge itu luar biasa sekali, luar biasa. Momen itu menunjukkan bahwa soal semangat Kak Ge tidak perlu dipertanyakan lagi.

Kak Ge itu bertanggung jawab, komitmen. Kalau sudah bilang A, ya sudah berarti itu tujuannya, tidak ada yang bisa mengganggu hal itu. Pada akhirnya sifat seperti itu yang terbawa ke permainan di lapangan.

25 Mei 2019 Greysia Polii dan Apriyani Rahayu pada Piala Sudirman 2019 di Guangxi Sports Center, China. CNN Indonesia / Putra Permata Tegar

Saat persiapan Olimpiade, jujur aku kaget ketika Koh Didi sempat dikabarkan tidak bisa mendampingi di lapangan. Kita lalu berusaha bicara ke PBSI dan minta tolong agar Koh Didi bisa mendampingi.

Karena bagaimanapun kita butuh pelatih di lapangan. Apalagi Koh Didi sudah tahu kita. Pada akhirnya ada jalan dan Koh Didi bisa ikut menemani kita di lapangan.

Kita enggak ada target di Olimpiade, enggak ada omongan soal target. Tetapi kita mau jadi pemenang dari siapapun lawan di Olimpiade. Karena selama ini kan ganda putri memang tidak pernah diprioritaskan untuk dapat medali emas di Olimpiade.

Karena itu kita jalani hari-hari dengan biasa. Kita tentu mau mengukir prestasi. Tetapi kita mau step by step. Mau fokus laga per laga. Tak mau berpikir terlalu jauh.

Kita tahu bahwa kita datang ke Olimpiade dengan mood yang baik. Kita sudah melakukan persiapan semaksimal mungkin, malah lebih dari maksimal.

Setelah lolos ke perempat final, soal beban itu sama sekali tidak aku rasakan. Aku enggak berpikir soal statistik jadi ganda putri pertama yang lolos ke semifinal, dan hal-hal lain.

Soalnya kalau dipikirin terus nanti malah jadi ekspektasi yang berlebihan. Mending bagi aku, main ya sudah main. Tekad mau menang saja. Begitu, tidak ada yang lain-lain.

29 Juli 2021 Apriyani Rahayu dan Greysia Polii melaju ke semifinal Olimpiade Tokyo 2020 bulutangkis ganda putri. AP / Dita Alangkara

Begitu juga saat kita lolos ke semifinal lalu ke final Olimpiade. Sama sekali tidak ada beban. Kita jalani hari-hari dengan makan enak dan tidur enak. Aku rasa Kak Ge juga sama.

Saat di Olimpiade, Aku dan Kak Ge beda kamar walau dalam satu pintu apartemen yang sama. Kita hanya berbicara soal bulutangkis di latihan dan pertandingan.

Di luar itu enggak ada omongan soal bulutangkis. Saat tak bertanding, aku lebih banyak di kamar dengerin lagu. Kak Ge juga lebih banyak di kamar. Kita keluar bersama saat makan saja.

Soal ketegangan, sama sekali tidak ada ketegangan saat kita berdua bersiap menghadapi final Olimpiade. Enggak ada obrolan yang serius.

Obrolannya hanya begini. Saat kita mau naik bus, perjalanan ke sana kan lumayan jauh. Kak Ge bilang, "Pri nanti kalau juara, kita Tiktok-an yuk". Lalu saya jawab: "Ya kak, oke". Udah itu saja obrolannya. Enggak ada omongan kita harus main begini-begini dan lain-lain.

2 Agustus 2021 Apriyani Rahayu dan Greysia Polii merayakan kemenangan pada final Olimpiade Tokyo 2020 bulutangkis ganda putri. AP Photo / Dita Alangkara

Setelah menang gim pertama, aku merasa semakin yakin ingin juara karena sudah makin percaya diri. Percaya diri bukan berarti overconfident karena semuanya tetap bisa kami kendalikan.

Waktu akhirnya kita berdua juara, saya peluk Kak Ge. Saya bilang, "Kak, ini buat Kakak. Terima kasih Kak, terima kasih banget."

Kak Ge saya ingat bilang begini, "Ini juga buat Apri. Terima kasih."

Sudah setelah itu hanya tangis yang ada.

Malamnya kita malah ledek-ledekan. "Hey Champ!". Aku panggil Kak Ge begitu lalu Kak Ge juga panggil aku begitu. Hal itu malah jadi bahan bercandaan buat kita. Karena kita belum percaya kalau kita bisa juara Olimpiade.

Setelah Olimpiade selesai dan beberapa turnamen lain diikuti, lalu tibalah All England 2021. Saat itu aku masih merasakan sakit. Aku cedera di betis kanan dan hal itu yang bikin aku mundur dari German Open.

Karena All England itu adalah All England terakhir Kak Ge, aku coba memberi motivasi lebih ke diri sendiri untuk bisa melawan sakit.

Saat latihan sore sebelum berangkat, betis aku kembali terasa sakit, tetapi aku enggak ngomong sama siapa-siapa. Akhirnya kita berangkat dan bertanding di sana.

Di babak pertama aku enggak merasakan sakit, cuma memang ada rasa trauma. Tidak sakit tetapi ada beberapa gerakan yang aku jaga agar betis tidak kembali sakit. Saat itu aku belum sembuh total.

18 Juli 2019 Apriyani Rahayu dan Greysia Polii pada Indonesia Masters 2019. Detikcom / Pradita Utama

Saat di 16 besar, kok tiba-tiba sakit lagi. Aku berusaha untuk terus main tetapi Kak Ge bilang kalau memang sudah enggak bisa, ya sudah daripada dipaksa.

Aku sampai menangis. Aku merasa Kak Ge masih punya tujuan di All England, cuma kenapa dalam kondisi itu aku malah sakit. Aku merasa kayak menyesal. Cuma bagaimana lagi, namanya keadaan.

Kak Ge dengan dewasa, dengan hati yang sangat menyayangi aku, bilang kalau memang sudah enggak bisa ya sudah. Kak Ge bilang enggak apa-apa, enggak usah dipaksain daripada nanti sakit.

Soal Kak Ge pensiun sebenarnya kita enggak sering ngobrol topik itu. Soalnya kita pasti sedih. Kak Ge sedih, apalagi aku yang bakal sedih banget.

7 November 2017 Apriyani Rahayu dan Greysia Polii. Detikcom / Hasan Alhabshy

Jadi Kak Ge enggak pernah ngomongin soal rencana pensiun, begini, begini. Aku tahu dari Koh Didi. Jadi aku tahu rencana Kak Ge dan waktu tepatnya Kak Ge pensiun dari pelatih.

Kak Ge itu seorang mentor, dalam arti yang bisa mengajarkan partner berpasangan di lapangan. Kak Ge membentuk kita saling mengasihi, saling memberi, saling mengerti, saling menerima, saling menghargai. Kak Ge membentuk cinta kasih dengan ajaran yang Kak Ge kasih ke Apri.

Sedih tentunya kehilangan Kak Ge di lapangan. Rasanya campur aduk. Karena bisa dibilang kita sudah dapat emas Olimpiade, lalu masih banyak yang ingin aku kejar sama Kak Ge.

2 Agustus 2021 Greysia Polii dan Apriyani Rahayu berpelukan dalam haru saat upacara pemberian medali bulutangkis ganda putri pada Olimpiade Tokyo 2020. Getty Images / Lintao Zhang

Tetapi memang sudah waktunya Kak Ge berhenti karena memang Kak Ge sudah berkeluarga. Umur Kak Ge sudah matang dan waktu Kak Ge memang sudah cukup di bulutangkis.

Perasaan aku sedih, aku bakal kehilangan, bakal kehilangan banget. Sampai susah aku untuk ngomong apa-apa.