Waktu Kevin/Marcus berpasangan, sebenarnya saya bisa dibilang terima jadi. Waktu itu awal mereka masuk ke Pelatnas Cipayung di bawah Coach Chafidz. Saya sama Herry IP pegang utama. Ketika mereka naik ke utama, mereka sudah berpasangan.
Aryono Miranat
Untuk Kevin & Marcus

Saat Coach Chafidz memasangkan Kevin dengan Marcus, tentu dia konfirmasi dulu. Kita kan juga menaruh percaya pada pelatih, terutama ke Mas Chafidz.
Saat saya melihat Kevin/Marcus dalam latihan, pasti masih ada salahnya sebagai pasangan. Namun potensi dua pemain ini sudah kelihatan.
Awal pertama saya mendampingi mereka itu di Taiwan Masters 2015. Di situ mereka bisa juara, terus ke Malaysia Masters juga bisa juara. Memang potensinya mereka bagus.
Kevin dan Marcus memang pasangan yang klop. Kevin main depannya bagus. Sedangkan Marcus di belakang bisa punya serangan bertubi-tubi.
Senjata mereka memang speed and power, terutama Kevin di depan net. Memang waktu di awal-awal permainan depan net Kevin masih belum matang, masih ada jorok-joroknya, masih ada error-errornya. Tetapi jelas sudah kelihatan bahwa mereka akan jadi pemain bagus karena punya talenta yang lebih.

Kevin/Marcus memang punya kelebihan. Saat awal-awal melejit, fighting spirit mereka terlihat luar biasa. Dan saat itu yang awal-awal jadi omongan dan pembicaraan adalah servis Kevin. Baik itu servis yang dibilang melintir dan susah dikembalikan serta flick serve.
Gideon sebagai pemain belakang juga bagus, dia bisa menutup area belakang dengan baik. Jadi kalau Kevin maju, Gideon otomatis bisa menutup ruang-ruang yang terbuka di belakang.
Kevin kan memang tipe mainnya menyerang. Sedikit saja bola terlihat bisa diserang, dia akan langsung maju dan Gideon pasti siap menutup bagian belakang. Walaupun merupakan tipe pemain menyerang, mereka juga punya defense yang bagus.
Saat Kevin/Marcus langsung melejit dan mendominasi di 2017, sebetulnya saya tidak menyangka akan secepat dan sefenomenal itu. Tetapi memang saya memprediksi mereka akan jadi pemain bagus karena punya fighting spirit, rasa tak mau kalah yang tinggi, dan selalu mau lebih dari yang lain dari segi latihan.
Satu hal yang menarik dari dominasi Kevin/Marcus adalah sikap nyeleneh dan aksi-aksi unik Kevin di lapangan. Seperti misalnya pura-pura mukul padahal bola out dan berbagai macam show off lainnya.

Awalnya saya bilang ke Kevin bahwa gak boleh seperti itu. Karena sebagai pemain harus saling menghargai, menghormati.
Tetapi kalau lawannya juga bertingkah begitu, kenapa enggak dibalas? Hahaha. Kalau lawannya begitu, masak kita diam saja. Ya kan boleh juga dong?
Selain itu Kevin walaupun begitu, dia tetap bisa main bagus. Jadi ya dibiarkan saja jadinya.
Kevin/Marcus bisa dominan di BWF Tour dan juga juara Asian Games. Soal Asian Games, waktu itu saya sebagai asisten Coach Herry memang melihat Kevin/Marcus dan Fajar/Rian sedang berprestasi dan naik jadi kami putuskan mereka berdua yang main di Asian Games.
Sebagai pelatih, ya biasa dan wajar deg-degan hahaha. Tetapi kita yakin saja, percaya saja. Dan akhirnya All Indonesian Final di Asian Games.
Soal Kevin/Marcus yang bisa mendominasi BWF Tour dan sering juara dari turnamen ke turnamen, saya melihat bahwa mereka itu selalu termotivasi. Jiwa mereka itu jiwa yang tidak mau kalah lawan siapapun.

Dan soal Kevin/Marcus tidak bisa jadi juara dunia, itu yang juga sampai sekarang jawabannya mungkin nggak bisa pasti, kenapa bisa begitu.
Bisa saja mungkin mereka terbebani. Terbebani dengan harus juara. Karena di Kejuaraan Dunia harus juara, sedangkan di Super Series mereka sudah sering juara sehingga beban mereka berkurang.
Setiap gagal di Kejuaraan Dunia, pasti mereka sangat kecewa. Apalagi saat Kejuaraan Dunia 2019 di Swiss saat mereka kalah di babak pertama, pasti sangat kecewa. Cuma ya bagaimana, namanya permainan, kadang menang kadang kalah.
Soal Olimpiade, kalau saja tidak diundur, Kevin/Marcus masih dalam top perform di tahun 2020. Cuma karena covid lalu diundur, latihan juga jadi agak berkurang karena waktu itu setahun tidak ada pertandingan.
Saat Olimpiade berlangsung, Kevin/Marcus kalah dari Aaron Chia/Soh Wooi Yik. Seperti yang saya bilang, dalam laga penting kadang-kadang ada pressure yang sangat tinggi. Keinginan menang besar tetapi di permainan mungkin terlalu terbebani sehingga permainan mereka tidak seperti biasa saat bertemu di Super Series.

Setelah Olimpiade, mereka masih mau berpasangan. Ketika Marcus cedera, mereka juga belum punya rencana berpisah karena masih menunggu.
Usai operasi pertama, mereka masih berpasangan. Cuma memang agak menurun sedikit karena kendala cedera.
Setelah Singapore Open 2023, mereka kalah di babak 16 besar. Dari Singapore Open, mereka tidak mau lagi berpasangan. Padahal kami mengharapkan mereka masih terus berpasangan.
Kemudian Kevin ada keinginan untuk berpasangan dengan salah satu antara Bagas, Fikri, Leo, dan Daniel. Cuma waktu itu prestasi mereka juga lagi lumayan bagus. Keinginan itu diutarakan Kevin kalau tidak salah pada November 2023.
Kalaupun kita pecah para pemain, mungkin nanggung karena ranking mereka kan sudah mulai terlihat. Jadi, saya bilang waktu itu lebih baik tunggu sampai race to Olympic selesai di bulan April. Kalau mau ganti pasangan setelah itu, mungkin bisa di bulan April.
Kevin saya tahu saat itu ingin mencoba, tetapi kendalanya anak-anak itu masih dengan pasangan masing-masing, memiliki ranking, dan sedang dalam race to Olympics.
Bukan kita tidak kasih tetapi biar ada kesempatan ganda muda ini untuk bisa masuk Olimpiade. Karena mereka pun, Bagas/Fikri dan Leo/Daniel juga ingin mengejar Olimpiade.
Justru itu kita mengharapkan Kevin dan Marcus bisa lanjut dulu. Tetapi mungkin sudah kurang cocok dari segi usia. Tipe mereka kan speed dan power jadi sangat mengandalkan tenaga dan fisik.

Kalaupun Kevin berpasangan dengan pemain lain dari bulan November, saya pikir mengejar tiket Olimpiade juga bakal susah. Karena terlalu mepet waktunya bila baru mulai di November.
Untuk ikut di turnamen pertama, kedua, dan ketiga, Kevin mungkin bisa menggunakan notional point. Namun untuk yang berikutnya mereka nanti harus ikut turnamen yang level lebih kecil karena poinnya bakal kesulitan untuk langsung masuk ke turnamen besar.
Kenapa tidak ada opsi pasangan dengan Pramudya Kusumawardana? Karena Pram sendiri sudah dari tahun sebelumnya meminta untuk resign, namun kita coba tahan. Jadi tidak mungkin juga kalau sama Pram.
Saat memasuki Januari, ada juga komunikasi dengan Kevin. Kevin tetap masih ingin main, tetapi dengan salah satu dari mereka berempat tadi itu. Cuma ya Kevin harus menunggu sampai Maret atau April.
Ketika Marcus mengumumkan pensiun, kaget juga sebenarnya. Sangat disayangkan. Memang dia sempat bilang, cuma saya gak menyangka bisa langsung tiba-tiba begitu.
Setelah pertandingan di India, Marcus masih sempat latihan di Cipayung dan tiba-tiba mau ngomong mundur. Saya gak mengira secepat itu.
Kenapa misalnya Marcus tidak dipasangkan dengan Yeremia yang baru ditinggal Pram? Karena saya mikirnya, dua-duanya adalah pemain yang pernah menjalani operasi karena cedera.

Saya pikir bila dua-duanya punya riwayat cedera dan pernah dioperasi, bakal berat bila digabungkan. Selain itu, saya juga melihat dari perbedaan usia mereka juga.
Setelah Marcus pensiun, soal Kevin statusnya tetap sama, tunggu di bulan Maret atau April setelah Race to Olympics. Tetapi Kevin kemudian memutuskan mundur. Mungkin dia merasa terlalu lama menunggu.
Ketika Marcus mundur, lalu Kevin mundur, saya mendapat sorotan. Ya, risiko pelatih memang kayak begitu. Tetapi kan saya tidak bisa langsung memisahkan ganda lain begitu saja tanpa dikasih kesempatan lebih dulu. Ya sudah saya disalahkan tidak apa-apa, karena nyatanya begini.
Sebenarnya saya juga masih mengharapkan Kevin dan Marcus untuk main, cuma Marcus dan Kevin memutuskan mundur. Sebenarnya, saya pasti kasih kesempatan untuk Kevin dan Marcus ganti pasangan, tetapi pas Race to Olympics selesai.
Saya siap terima kritik, risiko pelatih kan kayak begitu. Risiko pelatih suatu saat akan dikritik dan saya harus siap dikritik.
Untuk pemain-pemain muda, hal luar biasa dari Kevin/Marcus yang bisa dipelajari dan diikuti adalah rasa percaya diri dan jiwa tak mau kalah yang sangat tinggi, itu harus ditiru. Setelah pertandingan, untuk pertandingan berikutnya mereka sudah siap.
Saya berharap setelah mereka selesai badminton, bisa sukses di kehidupan mereka.
