Jakarta, CNN Indonesia -- Guru Besar Universitas Cenderawasih (Uncen) Yohana Susana Yambise dengan bangga diperkenalkan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) akan mengemban tugas sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Yohana pun berbaris rapih di deretan tokoh-tokoh yang telah diumumkan presiden akan menjadi menteri di Istana Negara, Minggu (26/10) petang.
"Hari ini dapat kemeja putih dari istana," ujar Yohana sumringah setelah Presiden RI selesai mengumumkan nama-nama menteri Kabinet Kerja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemeja putih adalah busana yang diberikan Presiden kepada para menteri baru untuk dikenakan saat diperkenalkan kepada rakyat Indonesia pada petang ini. Yohana pun mengenakan busana itu dengan bawahan hitam. Sama seperti para menteri lainnya.
Perempuan yang akrab disapa Yo itu dikenal sebagai perempuan Papua pertama yang mencapai pendidikan formal tertinggi. Pengajar di Program Studi Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Uncen itu meraih gelar doktor di bidang filsafat dari Universitas Newcastle, Australia.
Yohana mengungkapkan ia kini menjadi inspirasi bagi para perempuan, khususnya di Papua untuk berkembang. Bagi dirinya, perempuan-perempuan di Indonesia masih memiliki masalah yang banyak. Ia berharap itu semua bisa dirubah selama ia menjadi menteri.
"Saya pikir, saya membuka pintu untuk perempuan-perempuan Papua ke depan," ujar Yohana,"Saya membuka pintu untuk itu. Sudah mengangkat derajat dan martabat perempuan papua khususnya."
Yohana pun ingin membawa pengalaman dan pendidikannya di luar negeri untuk membantu pemberdayaan perempuan di Indonesia. Dari perjalanannya tersebut, Yohana mengaku menarik garis besar bahwa para perempuan di Indonesia masih banyak yang membutuhkan bantuan untuk lebih berkembang.
"Saya merasa mengerti (pemberdayaan perempuan di luar negeri), karena selama ini (pendidikan) saya dibentuk di luar negeri. Saya sekolah di Singapura, Master di Kanada, lalu lanjut (doktor) di Australia," katanya, "Saya dapat katakan perempuan, anak, dan orang cacat di luar negeri itu dianggap lebih tinggi dan saya melihat Indonesia tidak memperhatikan itu."
Yohana juga tercatat pernah menjadi Diplomat Applied Linguistic TEFL (Dip. TEFL) dari Regional English Language Centre (RELC), SEAMEO Singapura pada 1992.
Belum Ungkap ProgramYohana belum dapat mengungkapkan program yang akan ia laksanakan ketika sudah dilantik menjadi menteri. Hal itu, lanjutnya diplomatis, akan dibahas terlebih dulu dalam rapat Kabinet Kerja dan tim di kementerian.
"Saya harus adakan survey, pemetaan-pemetaan dulu ya. Dengan pemetaan itu saya bisa tahu semua," ujarnya menandaskan.