Nusa Dua, CNN Indonesia -- Tinggal satu orang yang bakal menantang Aburizal Bakrie (Ical) di Musyawarah Nasional Partai Golkar yang digelar di Hotel Westin, Nusa Dua, Bali. Dia adalah Ketua Dewan Pimpinan Pusat Golkar Airlangga Hartarto.
Bakal calon ketua umum Golkar lainnya yang menghadiri Munas, MS Hidayat, telah mengundurkan diri dan mengalihkan dukungannya kepada Ical sore tadi, Minggu (30/11). Dengan kondisi seperti ini, Ical jelas di atas angin.
Meski merasa ada kejanggalan dalam Munas kali ini, Airlangga mengatakan akan tetap maju melawan Ical. “Dalam demokrasi, apa yang tidak mungkin,” kata dia beberapa saat sebelum Munas dibuka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa kejanggalan yang dirasakan Airlangga misalnya dia belum menerima Tata Tertib dan materi Munas, padahal kubu pendukung Ical ada yang sudah mendapatkannya. Menurut Airlangga, pendukung Ical dan non-Ical jelas mendapat perlakuan berbeda dalam Munas.
Keanehan lainnya, menurut Airlangga, posisi pengurus DPP Golkar yang seharusnya menjadi peserta Munas justru diturunkan menjadi sekedar peninjau atau panitia. “Saya dijadikan panitia, dan sampai sekarang belum menerima Tatib. Partai sebesar ini, sampai hari H kenapa tak ada kejelasan,” kata anggota DPR itu.
Jika pemilihan ketua umum Golkar dalam Munas diibaratkan pertandingan sepakbola, ujar Airlangga, maka Ical adalah pemain, penonton, wasit, sekaligus hakim garis. “Nah, yang lain hanya penghitung skor,” kata dia.
Namun ketika ditanya kenapa dia tetap hendak mencalonkan diri menjadi ketua umum meski banyak kejanggalan di Munas, Airlangga menjawab diplomatis. “Golkar butuh yang muda-muda,” kata dia.
Airlangga mengklaim telah mengantongi 40 persen suara untuk maju menjadi calon ketua umum Golkar. Berdasarkan aturan, butuh minimal 30 persen dukungan untuk mencalonkan diri menjadi ketua umum.
Berbeda dengan Airlangga, lawan Ical lainnya, Agung Laksono dan Priyo Budi Santoso, tak menghadiri Munas. Agung dan Priyo yang tergabung dalam Tim Penyelamat Golkar menolak Munas Bali karena menganggap sejak awal hawa tak demokratis sudah terasa.
“Semua diarahkan untuk memenangkan Aburizal Bakrie,” kata Agung yang akan menggelar Munas tandingan pada Januari 2015. Selain Agung, sejumlah kader Golkar lain seperti Agun Gunandjar Sudarsa menuding Ical mengiring Munas ke arah aklamasi demi melanggengkan kekuasaannya di partai itu.