KURIKULUM 2013

Banyak Sekolah di Ende Tak Punya Buku Kurikulum 2013

CNN Indonesia
Senin, 01 Des 2014 17:10 WIB
Tak satupun dari 21 SMA dan 14 SMK di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, yang sudah menerima buku pelajaran Kurikulum 2013.
Seorang guru menunjukkan buku paket kurikulum 2013 mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SMPN 11 Tegal, Jateng, Selasa (9/9). Sebanyak delapan mata pelajaran buku kurikulum 2013 dari sebelas mata pelajaran baru diterima sejumlah pihak sekolah, setelah telat selama satu bulan karena keterlambatan pencetakan. Selain di Tegal, buku pelajaran juga belum diterima oleh Kabupaten Ende hingga Senin (1/12) ini (AntaraFoto/Oky Lukmansya)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebanyak 21 Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 14 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, belum menerima buku pelajaran hingga Senin (1/12) ini. Hal tersebut berdampak pada terganggunya aktivitas belajar mengajar di sekolahan.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Ende, Petrus Guido No, mengatakan belum ada satupun buku SMA dan SMK yang diterima oleh kabupaten Ende. Tak hanya itu, ternyata baru 25 Sekolah Menengah Pertama (SMP) dari 97 SMP di Ende yang sudah menerima buku pelajaran sesuai Kurikulum 2013.  "Kami kesulitan belajar mengajar karena tidak ada buku. Mau mengajar pakai apa," kata Petrus saat ditemui di Gedung Kemendikbud, Senin (1/12).

Petrus kemudian mengatakan para guru di Ende sempat memutuskan untuk mengajar sementara dengan buku kurikulum lama, yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006.  Namun, langkah tersebut kemudian tidak dilanjutkan karena para guru khawatir isi buku KTSP jauh berbeda dengan isi buku Kurikulum 2013.  "Akhirnya, kami meminta para guru dan siswa untuk memfotokopi bahan," kata dia melanjutkan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para guru, katanya, diimbau untuk mengunduh bahan dari internet atau sekolah yang sudah mendapat buku kemudian memfotokopi bahan dan membagikan ke siswa.


Konsep seperti ini, katanya, baru dilakukan satu dari 21 kecamatan saja, yakni Kecamatan Wewaria.

"Guru di Wewaria memfotokopi dari sekolah yang punya buku, bertemu dengan komite lalu berunding dengan orang tua tentang biaya fotokopi," kata Petrus menjelaskan.

Petruspun berharap pemerintah mau mendahulukan memasok buku-buku untuk daerah yang terisolir seperti Ende.

"Di Jakarta, Surabaya, di kota lain gampang tapi kami di sana sudah mundur dan akan tambah mundur," kata Petrus.

Selain persoalan keterlambatan bahan ajar, Petrus mengatakan guru-guru di Ende juga belum mendapatkan pelatihan terkait Kurikulum 2013.

"Guru di Ende harus diberi bekal yang sungguh-sungguh. Sebaiknya kita beri ilmu dan keterampilan pada guru. Sehingga, guru bisa memberikan secara baik dan sempurna pada peserta didik," ujar dia.

Persoalan Pendidikan Lainnya

Sebagai daerah yang jauh dari Ibukota, Ende pun menghadapi beragam masalah lain terkait pendidikan. Medan yang sulit dan daerah yang terisolir menjadi salah satu penyebab Ende menjadi daerah dengan pendidikan paling tertinggal di Indonesia.

Medan yang sulit tersebut, katanya, berdampak kepada lambannya distribusi buku.

"Gedung perpustakaan ada tapi bukunya tidak ada," kata Petrus.

Petrus juga mengatakan Kabupaten Ende mengalami kekurangan guru berstatus PNS. Selama ini, untuk memenuhi kekurangan tersebut, pihaknya terpaksa menempatkan guru honorer untuk mengajar.

"Kabupaten Ende kekurangan guru PNS. Makanya, saya harus menempatkan guru tak tetap sebagai guru kelas," ujar Petrus.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER