Jakarta, CNN Indonesia -- Solidaritas Nasional Papua meminta publik dan polisi tidak langsung menuduh Organisasi Papua Merdeka (OPM) sebagai dalang pembunuhan dua polisi dan satu petugas keamanan PT Freeport Indonesia, Kamis lalu (1/1). Permintaan itu disampaikan Koordinator Solidaritas Zely Ariane karena OPM cenderung disalahkan ketika terjadi sesuatu di Papua.
"Polisi menyebut pelaku sebagai orang tidak dikenal. Namun kadang-kadang malah OPM yang disalahkan," kata Zely kepada CNN Indonesia, Jumat (2/2).
Menurut Zely, OPM kerap dijadikan kambing hitam atas kasus penyerangan yang terjadi di Papua. Solidaritas Nasional Papua menyesalkan stigma tersebut.
"Seakan-akan yang melakukan kekerasan di Papua hanya OPM," ujar Zely.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal ada banyak OPM di Papua. "Jadi OPM yang mana yang dimaksud pemerintah? Tidak jelas," tuturnya.
Zely menyebut, pemerintah tidak pernah mempertanggungjawabkan tuduhan mereka terhadap OPM. Sementara pemegang senjata di Papua bukan cuma satu pihak. "Petugas keamanan di Freeport juga pegang senjata," katanya.
Dia menyayangkan akses ke Papua yang terlampau sulit sehingga pengusutan kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia di provinsi itu berjalan lamban. "Wartawan susah masuk ke Papua. Apalagi kalau ke Freeport. Pemerintah daerah saja susah masuk ke sana," tuturnya.
Inisiator gerakan #PapuaItuKita tersebut juga mengatakan Freeport merupakan bagian dari konflik yang terjadi di Papua. "Banyak masyarakat tersingkir karena ada Freeport. Masyarakat jadi antipati karena Freeport tiba-tiba beroperasi tanpa melibatkan mereka. Sampai sekarang pun masih ada konflik dengan tujuh suku di sekitar Freeport," kata Zely.
Diketahui, dua polisi dan seorang petugas keamanan PT Freeport pada Kamis (1/1) sekitar pukul 21.00 WIT. Para korban adalah Bripda Andriadi yang mengalami luka bacok di kepala kanan, luka tusuk di leher, dan jari kanan putus. Korban lainnya adalah Bripda Ryan Hariansyah yang mengalami luka tusuk di perut, luka tembak di leher, dan tangan kanan putus.
Petugas keamanan Freeport, Suko Miyartono meninggal dengan luka tusuk di leher, di perut dan luka tembak di punggung. Bukan hanya itu, dua pucuk senjata api jenis stayer milik Detasemen Gegana pun dibawa kabur pelaku.
(rdk/sip)