EVAKUASI AIRASIA

Nelayan di Kumai Tak Melaut Lantaran Cuaca Berkabut

Gilang Fauzi | CNN Indonesia
Senin, 05 Jan 2015 10:25 WIB
Di kampung nelayan Kecamatan Kumai perahu kayu bersandar di bibir pantai. Para nelayan memilih berhenti melaut daripada mengambil risiko.
Ilustrasi. Di kampung nelayan Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, perahu kayu bersandar di bibir pantai. Para nelayan memilih berhenti melaut dari pada mengambil risiko. (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)
Jakarta, CNN Indonesia -- Buruknya cuaca di Selat Karimata menjadi alasan para nelayan berhenti melaut untuk sementara. Hujan deras, angin kencang, dan ombak tinggi menjadi kendala bagi perahu-perahu kayu menuju ke tengah laut.

Di kampung nelayan Dusun Kubu, Kecamatan Kumai, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, tak sedikit perahu kayu yang bersandar di bibir pantai. Para nelayan memilih berhenti melaut dari pada mengambil risiko.

Rahmat (44), nelayan yang mengaku telah melaut selama lebih dari 10 tahun, enggan bermain-main dengan alam. Pria yang sempat mendengar debuman keras saat pesawat AirAsia QZ8501 jatuh itu memilih pulang ketimbang berlayar.

"Sampai hari ini ombak masih liar. Kami nelayan di sini memilih untuk tidak ke tengah laut," ujar Rahmat saat ditemui di Dusun Kubu, Ahad (4/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Rahmat, bulan Desember merupakan langganan masa cuaca buruk yang ditemui nelayan setiap tahun. "Biasanya berlangsung sampai Januari," katanya.

Sementara Sudarso (33), yang juga menjadi saksi pesawat AirAsia ditelan kabut, memilih untuk tidak berlayar dan memanfaatkan hasil ikan yang ada.

"Saat itu saya diterpa hujan lebat dan gelombang ombak yang besar. Saya angkat jaring, memasang terpal, dan kembali ke daratan," ujar Sudarso.

Adapun Efendi (56) memanfaatkan cuaca buruk di lautan dengan memilih berternak ayam. Dia mengaku memang jarang melaut selama ini. "Kalau butuh ikan saja saya berlayar," kata Efendi.

Mayoritas masyarakat di Dusun Kubu berprofesi sebagai nelayan. Tangkapan ikan yang mereka dapat cukup beragam. Ikan tongkol dan ikan asin merupakan tangkapan paling banyak.

Selain untuk konsumsi sehari-hari, ikan-ikan hasil tangkapan juga dijual ke pasar maupun kepada penyalur yang sudah langganan datang ke Dusun Kubu.

Meski tidak berlayar ke tengah laut, para nelayan yang ada di Kotawaringin Barat punya andil dalam pencarian korban dan serpihan pesawat AirASia. Bupati Ujang Iskandar mengaku telah mengintruksikan camat dan lurah-lurah agar nelayan diikutsertakan dalam pencarian di bibir pantai.

"Di Kumai ada 11 desa yang kami instruksikan agar turut memantau puing atau jenazah yang terseret ke bibir pantai," kata Ujang, Ahad (4/1). (rdk/sip)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER