Jakarta, CNN Indonesia -- Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti mendesak pemerintah tidak menyamakan pendidikan agama dengan budi pekerti. Selama ini kedua mata pelajaran itu kerap disamakan dalam Kurikulum 2013.
Menurut Retno, agama adalah dogma, sementara budi pekerti bersifat universal. "Tidak bisa disamakan," kata Retno saat ditemui di Gedung Kemendikbud, Jakarta Kamis (22/1). Penyamaan kedua mata pelajaran ini dinilai Retno menimbulkan kekeliruan persepsi pada siswa.
Retno mencontohkan, soal perempuan dalam Islam harus berjilbab. Jika ini juga dipelajari dalam Budi Pekerti, bagaimana dengan yang beragama lain. Mata pelajaran agama menurutnya boleh saja diwajibkan, namun tidak digabung dengan mata pelajara Budi Pekerti.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, Retno mengatakan, bila ini diteruskan, akan menimbulkan ancaman dalam hal keberagaman. "Nanti timbul pengkotak-kotakan siswa berdasarkan agamanya," katanya.
Tak hanya itu, soal nasionalisme juga kadang bersinggungan dengan ajaran agama. Misalnya ia mencontohkan ada banyak kasus siswa SMA enggan hormat pada bendera merah putih saat upacara. "Mereka beranggapan bahwa yang harus dihormati hanya Allah," katanya. Padahal, menurut Retno, sekolah seharusnya lebih gencar dalam mengajarkan nasionalisme pada siswanya.
Menanggapi hal itu, pengamat pendidikan Arief Rachman mengatakan, masalah bukan pada pelajaran dipisah atau tidak. Namun lebih pada bagaimana sistem pendidikan nasional dapat memberikan kesempatan dalam mengembangkan masalah spiritual dan karakter siswa.
Menurutnya, Indonesia masih harus menerapkan penguatan akhlak dan karakter siswa. "Yang paling penting bagaimana guru dapat melakukan pembinaan itu," katanya.
(sur/obs)