Jakarta, CNN Indonesia -- Pasca musim hujan, kondisi atmosfer masih sangat dinamis. Kondisi ini menurut Kepala Bidang Informasi Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab berpotensi membentuk awan cumulonimbus (CB).
Menurut Fachri, potensi terbentuknya awan CB ini semakin besar saat peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau seperti saat sekarang ini.
"Dari sisi dinamika atmosfer, fenomena seperti ini memang mungkin terjadi, utamanya ketika ada perbedaan suhu yang mencolok pada pagi dan siang hari," kata Fachri kepada CNN Indonesia..
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Konsentrasi awan CB menurutnya bisa menimbulkan angin puting beliung hingga hujan es. Angin puting beliung dan hujan es menurut Fachri terjadi di beberapa tempat di Indonesia seperti Klaten, Yogyakarta, Depok, dan Bandung beberapa waktu lalu.
Untuk daerah yang harus mewaspadai adanya angin puting beliung dan hujan es saat ini adalah Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sumatera bagian barat. "Jabodetabek ada potensi tapi kecil," katanya. Umumnya daerah yang rawan angin puting beliung adalah daerah yang tengah mengalami musim peralihan.
Untuk itu BMKG menghimbau kepada masyarakat agar berhati-hati terhadap kemungkinan terjadinya puting beliung dan hujan es yang disebabkan oleh awan CB ini. Secara kasat mata awan ini dapat dikenali dengan bentuknya yang khas, yaitu berwarna gelap dan nampak besar seperti bunga kol.
Langkah antisipasi yang dapat dilakukan antara lain dengan merapihkan pohon-pohon yang tinggi serta rapuh, atap-atap rumah yang mudah terhempas dan berlindung ketika terjadi angin puting beliung.
"Yang bahaya adalah dampak dari angin ini seperti pohon tumbang atau rumah roboh," kata Fachri.
(sur)