Nusa Dua, CNN Indonesia -- Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional Tjatur Sapto Edy yakin tidak akan ada perpecahan usai pemilihan calon ketua umum. Menurutnya siapapun yang nantinya menjadi ketua umum akan diterima oleh seluruh kader PAN.
"Sangat mungkin kepengurusan menyatu. Siapapun yang menang, kami akan menerima," ujar Tjatur di The Westin Hotel, Nusa Dua, Bali, Minggu (1/3).
Ia pun menekankan peperangan ini terjadi hanya di kongres. Seusainya kongres, kepengurusan akan bersatu kembali. "Pak Zul mendukung Hatta menang, Pak Hatta sebaliknya," ujarnya.
Diketahui peperangan yang terjadi antara dua calon ketua umum, Hatta Rajasa dan Zulkifli Hasan memanas sejak hari pertama kongres.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hatta Rajasa sempat menyentil para pemimpin sebelumnya termasuk Amien Rais, dalam pidato pembukaannya kemarin. Kemudian, serangan balik pun diberikan oleh Amien kepada Hatta dalam pidatonya di pembukaan kongres kemarin.
Ricuh sempat mewarnai arena kongres. Seorang pengurus daerah terpaksa menerima luka, yakni Ketua DPC Kabanjahe Muhammad Rafi Ginting.
Wakil Sekretaris Jenderal Lasmi Aspar mengatakan kemungkinan hal tersebut disebabkan karena terkena lemparan kursi. Kendati demikian, ia tidak mengetahui siapakah yang melemparkan kursi tersebut.
"Saudara kami ini tidak mengerti apa yang terjadi. Dia pengurus, kesambar kursi. Kami tidak tahu dari mana asalnya," ujar Lasmi di sela Kongres PAN yang digelar di The Westin Hotel, Nusa Dua, Bali, Minggu (1/3).
Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bara Hasibuan mengatakan hal tersebut terjadi karena memanasnya suasana pada saat hendak membahas tata tertib kongres.
Panasnya suasana tersebut, lanjut Bara, karena beberapa pihak tidak terima atas sejumlah nama yang dinilai tidak berhak mendapatkan hak suara. Lantaran statusnya yang dianggap tidak sah sebagai pelaksana tugas (Plt) pengurus daerah.
"Enggak, kita belum masuk dalam substansi. Sebelum memasuki pembahasan soal tatib, ada beberapa peserta kemudian mengangkat soal status kepesertaan. Terus ada peserta yang merasa rekannya tidak berhak masuk tapi masuk. Itu yang membuat suasana agak panas," jelas Bara.
Delapan status kepesertaan yang dipermasalahkan tersebut, sebut Bara, terdiri dari lima pemilik suara dari Maluku Utara, dan tiga pemilik suara dari NTT.
Oleh sebab itu, Bara mengatakan, berdasarkan keputusan bersama maka delapan orang tersebut dianulir. Hal tersebut pun berimbas pada berkurangnya jumlah hak suara.
Oleh sebab itu, jumlah pemilik suara yang sah saat ini adalah 584, dari yang sebelumnya berjumlah 592 suara.
(sip)