Masyarakat Indonesia Masih Belum Berperilaku Hidup Sehat

Utami Diah Kusumawati | CNN Indonesia
Kamis, 05 Mar 2015 04:48 WIB
Studi dari lembaga independen kesehatan, Frontiers for Health, menunjukkan tenaga promosi kesehatan yang minim merupakan dampak rendahnya perilaku hidup sehat.
Pasien Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan antre menunggu panggilan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan, Jakarta, Kamis, 30 Oktober 2014.
Jakarta, CNN Indonesia -- Masyarakat di Indonesia dinilai masih belum banyak yang melakukan pola hidup sehat dan bersih. Hal ini disebabkan salah satunya oleh minimnya promosi kesehatan dari tenaga medis di fasilitas kesehatan masyarakat.

Anna Alisjahbana, pembina dari lembaga penelitian independen yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat dan kesehatan, Frontiers for Health, mengatakan perubahan perilaku kesehatan menjadi penting untuk menurunkan kasus penyakit.

"Berbagai penyakit spesifik daerah termasuk solusinya erat berkaitan dengan budaya dan kebiasaan termasuk persepsi masyarakat setempat. Promosi kesehatan adalah upaya kami mendorong terjadinya perubahan perilaku tersebut," ujar Anna kepada CNN Indonesia, Rabu (4/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anna mengatakan kurangnya informasi tentang cara menjaga kesehatan menjadikan masyarakat rentan terhadap penyakit atau kondisi yang sebetulnya bisa dicegah dengan perilaku hidup sehat, seperti diare, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dan kurang gizi.

Lembaga di mana Anna bekerja, Frontiers for Health, sendiri mengadakan studi penelitian di dua kota yakni Cirebon dan Sumedang sejak akhir 2014, untuk mengetahui penerapan kebijakan terkait implementasi promosi kesehatan terhadap dampak berkurangnya jumlah penyakit di masyarakat. Hasil penelitian mereka menemukan fakta jumlah tenaga di Puskesmas di kedua kota tersebut masih timpang jika dibandingkan dengan masyarakat yang harus dilayani.

"Hanya sekitar 50 persen dari total puskesmas di Cirebon dan Sumedang yang memiliki tenaga promkes," kata dia menjelaskan.

Selain itu, walaupun anggaran belanja promkes di kedua kota meningkat signifikan dalam tiga tahun terakhir, namun capaian Perilaku Hidup Bersih (PHBS) Kabupaten Sumedang dan Cirebon masih jauh di bawah target nasional, yakni 70 persen.

Berdasarkan data dari Frontiers for Health, pada 2014 jumlah belanja promkes di Sumedang mencapai Rp950 ribu dan di Cirebon mencapai Rp 2,6 juta. Jumlah tersebut meningkat dari 2013 di mana Sumedang mencapai Rp754 ribu dan di Cirebon sebesar Rp870 ribu. Sementara itu, target perilaku hidup sehat dan bersih di Sumedan dan Cirebon tidak mengalami peningkatan. Pada 2013, target perilaku hidup sehat dan bersih di Sumedang sebesar 44 persen dan di Cirebon sebesar 52,9 persen, jumlah keduanya tidak alami peningkatan dari 2012.

Sementara itu, Direktur Frontiers for Health, Lies Zakaria mengatakan meningkatnya promosi kesehatan akan turut mengurangi beban pembiayaan kesehatan yang ditanggung pemerintah melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

"Promosi kesehatan adalah investasi yang murah namun masih terabaikan. Padahal, jika promkes dapat dilakukan secara maksimal akan semakin meningkat informasi yang didapatkan masyarakat tentang kesehatan," ujar dia.

Lebih jauh lagi, pihaknya kemudian mendesak kepada pemerintah untuk lebih serius berinvestasi pada promosi kesehatan. Beberapa rekomendasi kebijakan terkait promkes bisa didorong oleh pemerintah, diantaranya, proses sertifikasi dan kepastian instrumen akreditasi puskesmas lebih berorientasi kepada kinerja ketimbang sarana dan prasarana. (utd)
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER