Lebak, CNN Indonesia -- Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya menegaskan akan memperbaiki jembatan gantung yang menghubungkan Desa Pajagan, Kecamatan Sajira dengan Desa Tambak, Kecamatan Cimarga di Kabupaten Lebak, Banten, pada Selasa (17/3). Jembatan tersebut ambruk dan membuat 46 penyeberangnya tercebur sejauh 15 meter ke dalam Sungai Ciberang.
"Kami akan mulai perbaiki besok. Dananya sudah cair," kata Iti saat diwawancarai di Desa Tambak, Kecamatan Sajira, Lebak, Banten, Senin (16/3).
Iti mengatakan perbaikan jembatan gantung akan menggunakan anggaran Bantuan Tidak Terduga (BTT) yang dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Lebak. Dana itu, katanya, mencapai Rp 200 juta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut keterangan warga, jembatan gantung tersebut merupakan salah satu akses utama warga, terutama siswa untuk pulang dan pergi menuju dan dari sekolah. Setiap harinya, diperkirakan ada sekitar 200 siswa melewati jembatan gantung tersebut. Pasalnya, sekolah di daerah tersebut hanya berada di Desa Pajagan. Sedangkan, mayoritas siswa rumahnya terletak di Desa Tambak, yang dipisahkan oleh Sungai Ciberang sejauh 150 kilometer dari Pajagan.
Kepala Desa Tambak periode 2005 hingga 2014, Suherman, mengatakan banyak warga Desa Tambak juga bekerja di Desa Pajagan. Oleh karena itu, jembatan tersebut digunakan setiap hari oleh warga untuk bekerja. "Banyak juga warga yang tinggal di Desa Tambak, tetapi lahan dan tempat mata pencahariannya di Desa Pajagan. Makanya, mereka menyeberang setiap hari," kata Suherman.
Suherman mengatakan di Desa Tambak terdapat sekitar 500 Kepala Keluarga (KK) sementara di Desa Pajagan terdapat sekitar 300 KK. Selain menggunakan jembatan gantung, warga juga bisa menyeberang dengan rakit.
Meskipun kondisinya sudah reyot, namun jembatan tersebut terus dilalui setiap hari juga oleh pengendara motor dan sepeda, dengan beban cukup berpengaruh terhadap daya penyanggah jembatan. Para siswa yang berjalan kaki menyeberang untuk pergi ke sekolah mereka terkadang juga harus berbagi tempat dengan pengendara motor.
Jembatan tersebut, kata Suherman, merupakan jembatan hasil swadaya masyarakat dengan panjang sekitar 150 kilometer. Di bawah jembatan tersebut terbentang sungai dengan kedalaman sekitar 3 sampai 5 meter. Sementara, jarak dari jembatan ke permukaan air sungai sekitar 15 meter.
Dalam insiden putusnya jembatan, terdapat 46 orang menjadi korban dalam kejadian tersebut. 44 diantaranya adalah siswa. Mereka tercebur ke Sungai Ciberang sejauh 15 meter, dalam kondisi arus deras. Saat kejadiaan nahas tersebut terjadi, seorang warga mengendarai motor sedang lewat jembatan gantung.
Tak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Namun, ada dua siswa yang mengalami luka berat, yaitu Surdi dan Umi. Mereka mengalami luka serius pada bagian tulang belakang dan giginya rontok.
(utd)