Cerita Eks Wapres Pernah Jualan Air, Koran, dan Rokok

Resty Armenia | CNN Indonesia
Senin, 18 Mei 2015 08:35 WIB
Mantan Wakil Presiden Try Sutrisno berkisah ketika masih sangat muda pernah menjadi penjual air, loper koran, dan penjual rokok untuk menyambung hidup.
Tr
Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan Wakil Presiden Try Sutrisno berkisah ketika masih sangat muda pernah menjadi penjual air, loper koran, dan penjual rokok untuk menyambung hidup.

"Dari masa kecil dan sekolah, saya mengalami tiga zaman, yaitu zaman Belanda, zaman Jepang masuk, sampai awal revolusi," ujar Try mengawali kisahnya. Hal itu disampaikan dalam kuliahnya di acara Kultum Supermentor 6 yang diadakan di Djakarta Theater XXI, Jakarta Pusat, Minggu (17/5).

Try bercerita, ia mengenyam bangku sekolah di Taman Siswa, salah satu pelopor pendidikan masa itu. Pada usia 10 tahun, tepatnya pada tahun 1945, ia duduk di bangku kelas IV Sekolah Dasar.

Di usianya itu, kata Try, ia harus rela meninggalkan kota kelahirannya, Surabaya, karena diduduki oleh tentara Sekutu yang dipimpin Inggris dalam rangka mengambil tawanan Belanda dan Jepang. Namun, pada saat itu Belanda ikut membonceng tentara Sekutu.

"Maka setelah Proklamasi, pada 10 Agustus, BKR (Badan Keamanan Rakyat) diubah menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat), lalu berubah menjadi TRI (Tentara Republik Indonesia), dan kemudian konsolidasi menjadi TNI (Tentara Nasional Indonesia)," kata dia.

Meski demikian, ujar dia, dahsyatnya pertempuran dan kerasnya mekanisme perang tak dapat terbendung. Pejuang Surabaya hanya berperang menggunakan bambu runcing, keris, dan pedang.

Oleh sebab itu, mereka menarik tentara Sekuru dengan mengundurkan diri ke pedalaman dan meninggalkan Kota Surabaya. Baru setelah tentara Sekutu masuk ke pedalaman, pejuang Surabaya menyerang menggunakan taktik perang gerilya.

Try menuturkan, sampai tahun 1946 ia dan keluarganya mengungsi dari Surabaya ke Sidoarjo, kemudian dilanjutkan ke Mojokerto. Kala itu ayahnya ikut berjuang dengan bergabung ke Unit Ketentaraan bersama pejuang nasional lainnya, meski tanpa menerima gaji.

"Oleh karena itu, saya dengan Ibu dan adik saya ingin survive, bertahan di pengungsian. Alhamdulillah di umur seperti itu saya melakukan perjuangan, entrepreneur tanpa modal dengan menjual air di dalam kendi. Saya bawa ke stasiun," ujar dia.

Dari berjualan air itulah, ujar Try, ia mampu mengakumulasi keuntungan. Dari akumulasi itu, ia mampu berjualan koran. "Saya edarkan (koran) ke kereta api. Dari koran, jadi menjual rokok di kereta api dan pasar," kata dia.
(ded/ded)
TOPIK TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER