Mengenalkan Bahasa ke Siswa di Perbatasan Lewat Bacaan

Lalu Rahadian | CNN Indonesia
Rabu, 27 Mei 2015 19:57 WIB
Kebiasaan membaca bagi siswa SD di daerah perbatasan Kabupaten Belu, NTT, merupakan medium mereka untuk lebih mengenal bahasa Indonesia.
Suasana belajar-mengajar di pos baca (reading camp) yang diadakan oleh Save The Children di sebuah lahan kosong dekat SD yang terletak di Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, Selasa (26/5). (CNN Indonesia/ Lalu Rahadian)
Kupang, CNN Indonesia -- Ada metode pembelajaran unik yang diterapkan pada setiap Sekolah Dasar (SD) yang berada di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), dalam kurun waktu satu tahun terakhir.

Umumnya, para siswa SD akan langsung diminta masuk ke dalam kelas untuk memulai kegiatan belajar mengajar setelah upacara berlangsung. Namun, bagi siswa SD di Kabupaten Belu tidaklah demikian.

Sebelum membolehkan anak didik masuk ke dalam kelas, para guru di Belu selalu meminta anak didiknya membaca selama 10 menit setelah melakukan upacara pagi setiap harinya. Setelah itu, barulah guru akan memulai pengajaran.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ritual membaca sebelum belajar dimulai ini ternyata tidak hanya dilakukan di dalam kelas. Berdasarkan pantauan CNN Indonesia, ada juga SD yang menyediakan tempat membaca di bawah pohon rindang di halaman sekolah. SD tersebut terletak di Kecamatan Lakwanen, Kabupaten Belu, NTT.

Di halaman tersebut, jajaran bangku disusun membentuk empat persegi untuk para siswa SD duduk dan menikmati bahan bacaan yang diberikan sekolah.

Sekolah yang menyediakan tempat khusus untuk anak-anak didiknya membaca itu adalah SD Katholik Fulur I. Walaupun sekolah tersebut tampak tak terlalu luas namun ketersediaan tempat untuk membaca bagi para murid membuat SD itu terlihat istimewa.

"Setiap hari, 10 menit sebelum pelajaran dimulai anak-anak disuruh membaca apa saja. Menurut kami guru-guru kelas awal proses ini sangat membantu," ujar John Malimeak (27), seorang guru di SD Katholik Fulur I kepada CNN Indonesia, Selasa (26/5).

John mengatakan 199 murid yang menimba ilmu di SD Katholik Fulur I tiap harinya memang diminta untuk terlebih dahulu membaca di lokasi yang telah disediakan sebelum masuk ke kelas masing-masing. Mereka membaca buku yang berbeda-beda, sesuai dengan jenjang pendidikan yang telah ditempuh.

Proses membaca bersama tidak hanya dilakukan pada pagi hari. Ketika waktu istirahat tiba, beberapa murid juga dibebaskan untuk membaca di lokasi tersebut.

Proses membaca bersama diakui John sangat membantu ia dan rekannya sesama guru dalam upaya mengenalkan Bahasa Indonesia kepada para siswa. "Adanya membaca bareng ini mereka jadi cepat sekali memahami," kata John.

Pria lulusan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) NTT itu mengatakan bahwa proses pengenalan bahasa Indonesia tidak dilakukan secara tiba-tiba. Pengenalan dilakukan dengan terlebih dahulu menggunakan bahasa lokal Kabupaten Belu sebagai pembantu anak-anak untuk memahami bahasa Indonesia.

Untuk mendukung proses pemahaman bahasa Indonesia kepada murid-muridnya, John menyebutkan sekolah tempat dirinya mengajar juga menerapkan sistem pengajaran berbasis mentoring antar siswa setiap harinya.

Dalam sistem tersebut, murid dari kelas 4 hingga 6 diberikan tugas untuk membantu adik-adiknya di kelas 1 hingga 3 untuk memahami dan mengenal bahasa Indonesia yang baik.

"Jadi murid kelas 6 mengajarkan ke kelas 3, kelas 5 ke kelas 2, dan kelas 4 ke kelas 1. Saling mengisi. Itu namanya sahabat membaca," kata John menjelaskan. (utd)
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER