Belu, CNN Indonesia -- Siapa yang mau memberikan tanah secara gratis untuk pendirian sekolah dan tempat ibadah? Ada. Tapi tidak banyak.
Pemberian tanah gratis untuk pendirian sekolah dan gereja salah satunya ditemukan di salah satu bagian pelosok negeri ini. Saat berkunjung ke Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, CNN Indonesia menemukan sekolah dan gereja yang berdiri di atas lahan milik pribadi penduduk di kawasan tersebut.
Sekolah itu adalah SD Katolik Tahon. Berdampingan dengan gereja, sekolah yang telah beroperasi sejak tahun 1927 hingga saat ini masih menampung lebih dari 100 siswa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemberian tanah untuk pendirian sekolah dilakukan seorang penduduk di Desa Tahon, Kabupaten Belu, NTT, pada 1925. Beruntung CNN Indonesia berhasil bertemu dengan anak sekaligus ahli waris dari pemberi tanah untuk pendirian sekolah tersebut.
Dalam kunjungan ke daerah perbatasan negara itu pada Rabu (27/5) sore, Martinus (77), sang ahli waris, mengatakan dirinya dan keluarga besar sampai saat ini tidak pernah menyoalkan status tanah yang diberikan untuk pendirian SD di kampungnya.
Pria paruh baya itu rela membiarkan tanah yang merupakan warisan dari orang tuanya digunakan untuk sekolah dan gereja sampai saat ini. "Tidak masalah. Keponakan saya pernah ada bilang bagaimana (status tanah tersebut). Saya bilang (tidak apa-apa). Bukan saya juga yang serahkan, ini orang tua, leluhur. Kita juga bisa berbicara karena dari sekolah," ujar Martinus ketika ditemui di kediamannya.
Pada 2007, Martinus mengaku pernah mendengar kabar ada rencana pemindahan lokasi belajar SD Katolik Tahon ke lokasi lain yang lebih luas. Kabar pindahnya SD dan gereja yang ada di sebelahnya mendapat tanggapan dari Martinus.
Saat itu Martinus mengatakan, dirinya tidak akan mempermasalahkan keputusan pengurus sekolah dan gereja untuk tetap memakai lahannya atau pindah ke lokasi baru yang dianggap lebih luas. Namun pria asli Belu itu mengatakan bahwa biaya pemindahan SD dan gereja pasti sangat besar jika dilakukan saat itu.
"Saya punya nenek moyang beri (tanahnya) cuma-cuma (gratis). Kalau mau dipindahkan (sekolah dan gereja ha) ya oke, tidak juga tidak masalah. Tetapi siapa sih sekarang yang mau kasih tanah gratis? Tidak ada yang kasih tanah gratis," kata Martinus.
Pembangunan SMA di Tanah SukuRencana pemindahan yang sempat berembus 8 tahun lalu hanya sekedar menjadi wacana. Bahkan proses pemindahan tampaknya tidak akan terlaksana karena sebuah gedung sekolah menengah atas akan segera dibangun dekat lokasi berdirinya SD Katolik Tahon saat ini.
Pembangunan gedung SMA yang hanya berjarak 700 meter dari SD Katolik Tahon juga diketahui akan dilakukan di atas tanah milik tiga suku berbeda di Kabupaten Belu. Menurut Martinus, kesepakatan tiga suku tersebut untuk memberikan tanahnya agar sebuah SMA dapat berdiri di Tahon sudah tercapai saat ini.
"Kemungkinan (SD Katolik Tahon) untuk pindah semakin sulit karena katanya ada tiga suku sudah serahkan tanah untuk bangun ini gedung SMA," kata Martinus.
Pemberian tanah untuk pembangunan SD dan gereja menjadi tanda masih ada ketulusan yang dimiliki.
(rdk)