Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Satryo Soemantri Brodjonegoro menyatakan nama University of Berkley Michigan America sudah tidak asing lagi sebagai pembuat ijazah palsu. Satryo mengatakan ia pernah memasukkan nama lembaga tersebut dalam daftar perguruan tinggi (PT) tidak berizin yang mengeluarkan ijazah palsu.
Bahkan, Satryo mengatakan, pihaknya pada 2005 telah mempublikasikan daftar tersebut di koran agar masyarakat luas mengetahuinya. “University of Berkley Michigan America masuk juga dalam daftar tersebut. Kalau ditotal, ada sekitar 20 PT dalam daftar pembuat ijazah palsu yang kami umumkan,” kata Satryo saat ditemui di Hotel Aryaduta, Jakarta, Rabu (27/5).
Satryo yang menjabat sebagai Dirjen Dikti periode 1999-2007 tersebut juga mengatakan telah menyebarkan surat pemberitahuan kepada seluruh kementerian dan pejabat negara perihal daftar PT pembuat ijazah palsu tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kami juga kirimkan ke sejumlah asosiasi pengusaha swasta, supaya semuanya tahu itu. Jangan sampai terjebak. Namun, kalau ada orang yang mau beli, itu ‘kan urusan dia,” kata pria yang kini menjabat sebagai wakil ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI).
Setelah mempublikasikannya di koran, Satryo mengatakan PT tersebut sempat berhenti membuat ijazah palsu. Namun kemudian mereka mulai lagi membuatnya beberapa saat kemudian. Bahkan, pada tahun ini, University of Berkley Michigan America pun dicurigai masih memproduksi ijazah palsu.
“Pemberantasan ijazah palsu tidak akan bisa dilakukan selama masih ada orang yang mau membelinya. Orang Indonesia maunya punya banyak titel,” kata Satryo. Maka dari itu, ia berpendapat peningkatan moral masyarakat adalah yang utama untuk mencegah pembelian ijazah palsu tersebut.
Ia berpendapat perlunya perubahan sikap dari masyarakat, mulai dari hal-hal kecil. “Misalnya, kalau di kartu nama ya tidak perlu masukkan gelarnya. Buat apa sih? Malah jadi panjang. Di undangan pernikahan juga saya rasa tidak perlu mencantumkan gelar. Malu-maluin,” katanya.
Menurutnya, pemberantasan pembuat ijazah palsu masih akan sulit dilakukan di Indonesia. Meski beberapa hari lalu Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir telah memberikan berkas ijazah palsu kepada kapolri, Satryo ragu cara itu akan efektif membuat pembuat ijazah palsu jera.
“Nanti begitu berkas itu sampai di kepolisian, palingan didiamkan saja. Karena polisi banyak juga yang beli ijazah palsu,” ujarnya.
Satryo yang mendapatkan gelar doktor di University of California, Berkeley juga tidak ambil pusing dengan adanya nama PT yang sekilas mirip dengan almamaternya. “Biarkan saja. Yang palsu juga nanti akan ketahuan. Buat saya dampaknya untuk alumni tidak signifikan,” katanya.
(hel)