Kronologi Pembunuhan Petani Lumajang Versi KontraS

Utami Diah Kusumawati | CNN Indonesia
Selasa, 29 Sep 2015 14:26 WIB
Salim Kancil tewas pada Sabtu 26 September pagi di dekat rumahnya. KontraS Surabaya menyebut dia tewas dihajar 40 orang yang membawa senjata tajam.
Ilustrasi pembunuhan. (Thinkstock/Antonis Liokouras)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pada Sabtu (26/9) pagi, desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, digemparkan dengan adanya pembunuhan dan penganiayaan terhadap dua petani penolak tambang, Salim Kancil dan Tosan.

Salim Kancil dan Tosan dikenal sebagai aktivis penolak tambang yang tergabung dalam Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Desa Selok Awar-Awar.
Mereka dikeroyok dan dihajar oleh puluhan orang yang mengakibatkan tewasnya Salim Kancil dan terluka parahnya Tosan.

Berdasarkan data dari Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Surabaya, kejadian bermula ketika 40 orang dengan kendaraan bermotor mendatangi rumah Tosan sekitar pukul 07.30 Waktu Indonesia Bagian Barat (WIB).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka membawa pentungan kayu, pacul, celurit dan batu. Tanpa bicara banyak, mereka langsung menghajar Tosan di rumahnya. Tosan berusaha menyelamatkan diri dengan menggunakan sepeda namun segera bisa dikejar oleh gerombolan ini.

Tosan kemudian ditabrak motor di lapangan, tak jauh dari rumahnya. Setelah melakukan kekerasan terhadap Tosan, gerombolan kemudian kembali mengeroyok Tosan dengan berbagai senjata yang mereka bawa sebelumnya.
Gerombolan ini kemudian berhenti menyiksa Tosan setelah satu orang lelaki, Ridwan, melerai aksi mereka.

Tak puas, gerombolan ini menuju rumah Salim. Saat mereka datang, Salim sedang menggendong cucunya yang baru berusia 5 tahun. Mengetahui ada yang datang berbondong dengan niatan tidak baik, Salim membawa cucunya masuk.

KontraS Surabaya menyebutkan gerombolan kemudian menangkap Salim dan mengikatnya dengan tali. Salim kemudian diseret dan dibawa menuju Balai Desa Selok Awar-Awar yang berjarak dua kilometer dari rumahnya.

Sepanjang perjalanan, gerombolan terus menyiksa Salim dengan senjata yang mereka bawa dan membuat warga Desa Selok Awar-Awar ketakutan.
Di Balai Desa, meskipun masih banyak anak-anak yang mengikuti pelajaran di PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), gerombolan ini menyeret Salim masuk dan terus menghajarnya.

Mereka kemudian membawa Salim ke arah makam yang lebih sepi. Saat itulah, Salim dihajar dengan sebuah batu berkali-kali hingga tewas.

Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Jawa Timur (WALHI) Ony Mahardika mengatakan kedua korban merupakan petani yang kukuh bertahan melakukan penolakan secara terbuka.
"Fakta ini menunjukan betapa petani telah dirampas ruang produksinya sekaligus dicabut nyawanya secara paksa," kata Ony kepada CNN Indonesia, Selasa (29/9).

Lebih jauh, Ony mengatakan tragedi ini merupakan contoh di mana petani seringkali menjadi korban atas penolakan tambang yang ada di Indonesia.

Oleh karena itu, WALHI Jatim meminta pemerintah untuk melindungi hak bersuara dan hak produksi petani di kampung-kampung dari intimidasi, penganiayaan, pembunuhan hingga perampasan lahan.

Sebelumnya, pihak kepolisian juga telah menangkap 20 tersangka pelaku pembunuhan petani Salim Kancil. Selain 20 orang tersebut, terdapat dua tersangka lainnya yang masih di bawah umur, yakni IL dan AA.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Jawa Timur Komisaris Besar Argo Yuwono mengatakan tersangka masih bisa bertambah tergantung keterangan saksi dan alat bukti yang ditemukan.

Saat ini penyidik masih melakukan pemeriksaan intensif terhadap para tersangka untuk mendalami motif penganiayaan yang mengakibatkan kematian akhir pekan lalu itu. Polisi belum bisa mengungkapkan apa yang sebenarnya menjadi pemicu kejadian tersebut. (utd)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER