Jakarta, CNN Indonesia -- Tewasnya Japra, seorang warga sipil biasa cukup mengejutkan, ia merenggang nyawa dengan timah panas tepat melewati dahinya. Peluru, dimuntahkan oleh YH, seorang Anggota Kostrad TNI AD melalui senjata api jenis FN. Sampai saat ini belum dipastikan apakah YH tengah bertugas atau tidak saat penembakan terjadi.
Masalahnya kecil saja, YH tidak terima dengan kelakuan Japra yang sempat menyenggol mobilnya dan dianggap berkendara secara ugal-ugalan. Cekcok sempat terjadi, saling dorong, tapi tidak lama, karena YH diduga langsung menambak Japra tepat di kepala.
Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindakan Kekerasan (KontraS) Haris Azhar menilai tindakan yang dilakukan YH menandakan sisa juga arogansi militer belum sepenuhnya hilang. Meski perannya diminimalisir sejak era Reformasi, namun arogansi sebagai militer cukup membuat masyarakat takut.
"Sekarang sudah tidak terlalu tinggi tingkat arogansinya, tapi keberadaan militer di masyarakat tetap ada. Saat ada benturan dengan sipil, gaya militer yang dipilih," kata Haris kepada CNN Indonesia, Rabu (4/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Haris menjelaskan, pelatihan militeristik yang didapat oleh anggota TNI adalah mayoritas untuk melakukan pertempuran, bukan dalam bentuk interaksi damai dengan sipil. Reformasi militer, dianggap masih berupa jargon dan reformasi itu hanya diamini oleh beberapa orang saja yang mengawal secara langsung dan berada di tataran tinggi kemiliteran.
"Tapi masalahnya bukan hanya reformasi jargon, ini soal sistem dan budaya yang mereka rawat. Sejak masuk Akmil dilatih gaya militer, sedangkan saat ini sudah tidak ada lagi wilayah tempur."
YH kini sudah diamankan di Subdenpom TNI, Bogor, ia menghadapi pengadilan militer dan pemecatan dari kesatuannya, termasuk hukuman penjara.
"Kemarin langsung dimankan Bogor dan otomatis proses hukum berjalan dan akan diadili secara militer. Saat ini POM yang langsung turun tangan," kata Kepala Pusat Penerangan TNI Tatang Sulaeman kepada CNN Indonesia, Rabu (4/11)
Meski demikian, pihak TNI masih menyelidikan motif YH memuntahkan timah panas dari senjata api yang ia bawa, terlebih jika hanya permasalahan sepele yang biasa terjadi di jalan raya. Munculnya kesan arogansi dan menakutkan kembali muncul kata Tatang, setelah selama ini TNI tengah membangun citra positif sebagai kawan masyarakat dan mengayomi.
"Kami masih tidak habis pikir hanya karena masalah sepele. Prihatin sudah pasti, karena membangun hubungan baik dengan masyarakat telah dilakukan, tapi ini ada okmun yang malah memberikan musibah bagi masyarakat," tegasnya.
(pit)