Kemenkes: Masih Sedikit Dokter Mau Bekerja di Layanan Primer

Yohannie Linggasari | CNN Indonesia
Rabu, 18 Nov 2015 21:00 WIB
Pemerintah mengharapkan dengan adanya prodi spesialis layanan primer maka jumlah dokter yang bersedia bekerja di wilayah tersebut semakin banyak.
Warga memeriksakan kesehatannya di Puskesmas Bukit Duri, Jakarta, Kamis 30 Oktober 2014. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan Akmal Taher mengatakan kehadiran dokter spesialis layanan primer dapat menciptakan persaingan sehat dengan dokter umum di masa mendatang.

"Namun sebenarnya dokter umum tidak perlu takut. Nantinya dokter spesialis layanan primer bertanggung jawab untuk lima ribu pasien dengan sistem kapitasi, sedangkan dokter umum sudah punya pasien lain," kata Akmal saat seminar di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta, Rabu (18/11).
Akmal menilai para dokter di level fasilitas kesehatan tingkat primer nantinya akan berlomba-lomba memberikan layanan terbaik. Dengan begitu, masyarakat akan menjadi pihak yang diuntungkan.

"Kalau dokter spesialis layanan primer bisa mengelola dengan bagus, maka pendapatannya akan bertambah. Asal dia pintar menjaga orang supaya tidak sakit," ujarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih lanjut, Akmal menjelaskan nantinya para dokter spesialis layanan primer akan dibatasi dalam hal menerima pasien. Hal ini dilakukan untuk menjaga rasio antara dokter dan pasien tetap ideal.

Dokter spesialis layanan primer juga diharapkan dapat "menjemput bola" dengan fokus ke keluarga dan komunitas di sekitarnya. Dengan begitu, diharapkan mereka bisa mengetahui masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat dan melakukan pencegahan.

"Nanti mereka harus bisa mendeteksi dini masalah kesehatan di daerah sekitarnya. Misalnya dia tahu ada pasiennya yang punya balita, itu bisa langsung diperiksa apakah punya masalah kesehatan atau tidak," katanya.

Senada dengan Akmal, Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Kemenkes Usman Sumantri mengatakan hanya dokter berkualitas yang nantinya dapat bertahan.

"Kalau dokter enggak mutu, minggir saja. Misalnya, dokter tidak ramah, sering tidak di tempat, atau tidak memenuhi standar. Bisa langsung diputus kontraknya," ujarnya.

Namun, Usman menilai hal itu belum bisa terwujud saat ini. Menciptakan dokter yang benar-benar bermutu, kata Usman, butuh waktu yang cukup panjang.
Adapun, Akmal berpendapat saat ini masih terjadi masalah dalam hal pelayanan kesehatan di tingkat primer. Pasalnya, hanya sedikit dokter yang mau bekerja di tingkat layanan primer seperti puskesmas.

"Dengan pengadaan program studi spesialis layanan primer, pemerintah bisa menarik orang untuk mau bekerja di tingkat layanan primer. Bukan cuma kompetensi yang bertambah, tetapi juga ada gengsi yang bertambah," katanya.

Akmal merujuk pada fenomena yang terjadi di Thailand pada sekitar tahun 1995. Saat itu, jumlah dokter yang mau bekerja di layanan primer tidak sampai sepuluh persen.

"Namun, setelah mereka buat prodi ini, sebanyak 40 hingga 50 persen dokter menyatakan bersedia bekerja di layanan primer," ujarnya.

Dokter spesialis layanan primer merupakan jenjang baru pendidikan kedokteran di Indonesia yang dilaksanakan setelah program profesi dokter dan program magang yang setara dengan jenjang pendidikan profesi spesialis.
Proses pendidikan dokter spesialis layanan primer berlangsung selama tiga tahun. Gelar yang akan diberikan bagi dokter yang telah lulus program pendidikan ini adalah Sp.LP.

Di Asia Tenggara, hanya Indonesia, Myanmar, Laos, dan Timor Leste yang belum memiliki prodi spesialis untuk layanan primer. (utd)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER