Jakarta, CNN Indonesia -- Panglima Tentara Nasional Indonesia Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan pergerakan para pelaku serangan di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat, tidak terdeteksi oleh aparat.
Meski demikian, ia berkata, seluruh instansi aparat dan pertahanan negara sebenarnya telah memperkirakan potensi aksi teror di Indonesia.
"Kami mengantisipasi semuanya tapi ini tidak terlihat. (Potensi) ini terdeteksi. Buktinya sejak malam Natal secara bersama-sama, saya dan Kapolri keliling ke gereja-gereja. Informasi ini sudah ada," ujar Gatot usai meninjau lokasi ledakan dan tembak-menembak antara kepolisian dan pelaku teror.
Gatot mengatakan kepolisian, TNI dan badan intelijen akan selalu siap menghadapi potensi ancaman dalam negeri. "Kami selau siap, negara tidak boleh didikte oleh siapa pun," ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gatot menjelaskan, ia telah berkomunikasi dengan Presiden Joko Widodo. Jokowi, ujar Gatot, meminta kepolisian dan TNI memberikan rasa aman kepada seluruh warga.
"Ia memberikan petunjuk kepada saya, tempat-tempat lain harus aman. Presiden akan mempercepat kunjungan dan kembali dari Cirebon," ucapnya.
Sementara itu, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan memastikan tidak ada status siaga I yang diberlakukan dalam skala nasional pascaterjadinya ledakan di kawasan Sarinah, Thamrin.
Luhut mengeluarkan pernyataan tersebut saat dirinya tiba di lokasi kejadian pada pukul 14.25 WIB tadi.
"Enggak (Siaga I). Presiden tidak perlu diungsikan," kata Luhut di Sarinah, Thamrin, Jakarta.
Hingga kini, polisi telah membuka garis polisi yang membentang di Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Warga tampak memadati trotoar di sepanjang jalan Thamrin, terutama di depan Gedung Djakarta Theatre dan Gedung Jaya.
Wakil Kapolri Komisaris Jenderal Budi Gunawan menjamin kalau lokasi telah dikuasai oleh aparat. Masyarakat diminta untuk tetap tenang dan tidak termakan isu lain.
(utd/utd)