'Geliat' Ahok Hadapi Para Penantangnya di Pilkada Jakarta

Aulia Bintang Pratama | CNN Indonesia
Kamis, 11 Feb 2016 12:32 WIB
Wajah-wajah calon penantang Ahok bermunculan: Ridwan Kamil, Yusril Ihza Mahendra, Sandiaga Uno, Adhyaksa Dault, Ahmad Dhani. Pertarungan dimulai.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama menyalami anak-anak saat meresmikan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di Rusun Karet Tengsin, Jakarta Pusat, 30 Desember 2015. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Empat bulan lagi, pertengahan 2016, proses pendaftaran bakal calon kepala daerah untuk Pilkada Serentak 2017 akan dibuka. Jakarta menjadi salah satu daerah yang mengikuti gelaran Pilkada Serentak itu.
 
Warga ibu kota Republik Indonesia akan menentukan siapa figur yang bakal memerintah mereka untuk lima tahun berikutnya, apakah tetap Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, atau tongkat kepemimpinan beralih ke sosok lain.
 
Saat ini sejumlah pihak telah mulai bersolek. Wajah-wajah ‘penantang’ Ahok bermunculan di bawah bendera beberapa partai politik, mulai dari Ridwan Kamil, Yusril Ihza Mahendra, Sandiaga Uno, Adhyaksa Dault, sampai Ahmad Dhani.
Ahok sang incumbent pun tak mau kalah. Ia sudah menyatakan akan kembali bertarung di Pilkada Jakarta. Ahok hanya belum menentukan bakal maju dari jalur mana, apakah independen atau lewat partai politik.
 
Sejauh ini Ahok mengisyaratkan lebih nyaman maju melalui jalur independen. Ia masih menunggu perkumpulan relawannya di Teman Ahok mengumpulkan satu juta kartu tanda penduduk (KTP) warga Jakarta sebagai syarat mencalonkan diri dari jalur independen.

Sampai saat ini, berdasarkan informasi yang tercantum di situs temanahok.com, total KTP yang sudah terkumpul berjumlah 685.773, masih kurang dari satu juta.
Meski beberapa kali megemukakan ingin maju secara independen, Ahok juga mengatakan tetap membuka semua kemungkinan terkait pencalonannya pada Pilkada Jakarta 2017, termasuk jika nantinya ternyata lewat partai politik. Apalagi, kata Ahok, dia punya hubungan baik dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan –partai yang menaungi wakilnya, Djarot Saiful Hidayat.
Kini sembari menanti masa pendaftaran bakal calon kepala daerah Jakarta, Ahok melakukan aktivitas kegubernurannya seperti biasa: meresmikan ruang publik terbuka ramah anak (RPTRA), membuka acara-acara terkait satuan kerja perangkat daerah (SKPD) di Jakarta, dan tetap memarahi para bawahannya yang tak bekerja sesuai kehendak dia.
 
Hanya, seiring dengan mendekatnya Pilkada Jakarta, segala aktivitas Ahok itu belakangan kerap dituding merupakan bagian dari upayanya merebut simpati warga agar terpilih kembali menjadi Gubernur Jakarta.
 
Tudingan itu antara lain terlontar dari mulut Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta M. Taufik. Ia menyebut program RPTRA –di mana Ahok selalu bertemu langsung dengan warga dalam tiap peresmiannya– merupakan bentuk kampanye yang dilakukan Ahok.
 
Ahok bergeming. Ia tak lantas berhenti meresmikan RPTRA, malah terus menghadiri peresmian RPTRA yang kini jumlahnya sekitar belasan di berbagai wilayah DKI Jakarta.
 
Mantan Bupati Belitung Timur itu berkukuh, apa yang dia lakukan itu bukan untuk kepentingan pribadi, melainkan demi masyarakat Jakarta.
 
“Saya tak peduli jika nanti tak dipilih lagi, asalkan Jakarta bisa beres,” kata Ahok, berulang kali.
 
Apakah ucapan Ahok itu dianggap serius atau pemanis, warga yang menilai.
Satu saat ketika Ahok mendatangi acara perkumpulan guru madrasah se-Jakarta, dia menjanjikan kehidupan yang lebih layak bagi mereka.
 
Lain waktu saat Ahok usai meresmikan ruang terbuka hijau di Jagakarsa, Jakarta Selatan, mobil yang ditumpanginya beberapa kali berhenti mendadak di jalan yang hanya muat untuk satu mobil, saking banyaknya warga yang menunggu di pinggir jalan untuk bisa berfoto dengan sang Gubernur.
 
Ahok pun tak mendiamkan warga. Dia turun dari mobil untuk menyapa mereka, membuat warga kegirangan sekaligus menyebabkan jalanan di sekitar Jagakarsa macet.
 
Saat itu, sejumlah warga Jagakarsa yang merupakan orang asli Jakarta dan ber-KTP Jakarta mengatakan mendukung Ahok. Namun beberapa orang lainnya menganggap Ahok sudah melupakan wong cilik sehingga ia diramalkan tak bakal terpilih lagi sebagai Gubernur Jakarta.

Berdasarkan survei Center for Strategic and International Studies (CSIS) yang dirilis 25 Januari, tingkat popularitas Ahok berada di peringkat pertama dengan mengantongi 94 persen suara responden, disusul Tantowi Yahya – yang digadang-gadang Golkar– sebanyak 81 persen, dan Ridwan Kamil dengan raihan 71,25 persen.
 
Dari segi tingkat elektabilitas atau keterpilihan, Ahok juga bertengger di nomor satu dengan perolehan 43,25 persen, disusul Ridwan Kamil sebanyak 17,25 persen.
Angka-angka tersebut sekadar survei awal. Ahok harus berhadapan lawan-lawan yang dinilai cukup kuat, jika ingin kembali duduk di takhta DKI Jakarta. Terlebih Gerindra terus menggaungkan nama Ridwan Kamil, tokoh populer se-Bandung Raya, sebagai rival sebanding bagi Ahok.
 
“Makin banyak orang yang ikut Pilkada DKI Jakarta, makin bagus untuk orang Jakarta,” kata Ahok, kalem.
 
Pertarungan berebut singgasana DKI Jakarta telah dimulai.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

(agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER