Panglima TNI Sebut Belum Berangkatkan Pasukan ke Filipina

Resty Armenia | CNN Indonesia
Rabu, 30 Mar 2016 12:15 WIB
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo membenarkan ada pasukan dikirim ke Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Tarakan, Kalimantan Utara.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyebut belum memberangkatkan pasukan ke Filipina menyelamatkan ABK Brahma 12 dan Anand 12 yang dibajakkelompok Abu Sayyaf. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyebut bahwa pihaknya belum memberangkatkan pasukan ke Filipina dalam rangka menyelamatkan anak buah kapal (ABK) Brahma 12 dan Anand 12 yang dibajak dan disandera oleh kelompok Abu Sayyaf.

Gatot menjelaskan, kedua kapal yang disandera kelompok Abu Sayyaf itu mengangkut batubara dari Banjarmasin menuju Batangan, sebuah daerah Indonesia yang letaknya berdekatan dengan Ibu Kota Filipina, Manila.

Ia mengaku, dari hasil koordinasi dengan pimpinan militer Filipina, Jenderal Hernando Iriberri, didapat informasi bahwa lokasi penyanderaan terletak di teritorial Filipina, sehingga, etikanya, TNI harus mengajukan izin terlebih dahulu jika ingin memasuki wilayah negara itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Enggak ada yang berangkat. Negara orang, (kalau) enggak ada izin, kok berangkat, bagaimana?" ujar Gatot di Gedung Sudirman, Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (30/3).

Gatot membenarkan bahwa ada pasukan yang dikirim ke Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Tarakan, Kalimantan Utara. Namun, keberadaan pasukan di Lanud tersebut bukan dalam misi pembebasan ABK, melainkan untuk menggelar latihan gabungan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC).

"Memang ada Angkatan Udara di Tarakan. Pasukan di sana PPRC, sedang persiapan melakukan kegiatan di sana. Setiap tahun itu ada latihan PPRC di mana di sana disiapkan," katanya.

Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Indonesia menyatakan ada dua kapal yang dibajak Abu Sayyaf, yakni Brahma 12 dan Anand 12, yang membawa 7 ribu ton batu bara. Brahma 12 sudah dilepas dan kini di tangan otoritas Filipina, namun Anand 12 dan sepuluh awaknya masih disandera.

Wakil Komandan Pasukan Khusus Zambasulta, Mayor Jenderal Demy Tejares, seperti dikutip dari Inquirer, mengatakan Brahma 12 itu berlayar dekat Pulau Tambulian saat dua bersaudara anggota Abu Sayyaf, Nickson dan Brown Muktadil, naik ke kapal tersebut.

Nickson dan Brown Muktadil merupakan anggota brigade Abu Sayyaf pimpinan Alhabsy Misaya. Mereka kemudian menodongkan senjata kepada para ABK.

Kelompok Abu Sayyaf yang berbaiat kepada ISIS kerap melakukan penculikan, pengeboman, dan pembunuhan di wilayah selatan Filipina.

Kelompok itu meminta tebusan sekitar Rp15 miliar sebagai kompensasi pembebasan para anak buah kapal. Namun pemerintah RI keberatan memenuhi tuntutan itu. Negosiasi hingga kini dikabarkan masih berlangsung. (bag)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER