LIPUTAN KHUSUS

Mengenang Para Perintis Dirgantara Nusantara

Anggi Kusumadewi | CNN Indonesia
Rabu, 20 Apr 2016 09:31 WIB
Kalian menerbangkan peti mati, kata para pilot Inggris yang mampir ke Lanud Maguwo, Yogyakarta, saat melihat pesawat yang diawaki penerbang Indonesia.
Pesawat-pesawat tempur TNI AU melintasi langit Monas, Jakarta. (Dok. Dinas Penerangan TNI AU)
Jakarta, CNN Indonesia -- April dicanangkan TNI Angkatan Udara sebagai bulan dirgantara. Berbagai kegiatan kedirgantaraan digelar besar-besaran sebulan ini. Dimulai dari kejuaraan terbang layang pada 1 April, unjuk kekuatan udara puluhan pesawat tempur pada peringatan ulang tahun TNI AU 9 April, hingga seminar nasional kedirgantaraan 25 April.

Peragaan megah armada udara Republik Indonesia itu seakan hendak menunjukkan taji TNI AU –institusi yang dibangun Komodor Suryadi Suryadarma dan kawan-kawan 70 tahun silam, kala Indonesia bayi baru lahir dan situasi serbasulit.

Yang disebut pangkalan udara pada masa itu misalnya, ialah lapangan apapun, termasuk padang rumput tandus. Benar-benar darurat. Penentuan pangkat para penerbang militer pun amat mudah, tak pakai pikir panjang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Kamu pegang urusan operasi, kamu jadi komandan pangkalan. Kamu kolonel, kamu letnan kolonel, sisanya mayor saja,” demikian percakapan antara pemimpin Penerbangan Militer pada 1945 seperti diceritakan dalam buku Awal Kedirgantaraan di Indonesia: Perjuangan AURI 1945-1950.

Tak cuma itu, Sekolah Penerbang di Maguwo Yogyakarta amat minim fasilitas. Semula tak ada gedung di sekolah itu. Para kadet belajar di bawah pohon waru, tepi lapangan udara. Sungguh-sungguh seadanya.

Para calon penerbang berlatih dengan Cureng, pesawat latih dasar bersayap ganda berkursi dua peninggalan Jepang. Pesawat yang dalam bahasa aslinya disebut Yokosuka K5Y itu digunakan oleh Angkatan Laut Kekaisaran Jepang pada Perang Dunia II.

Pesawat Cureng peninggalan Jepang yang dipakai oleh TNI Angkatan Udara ketika Indonesia baru merdeka. (Dok. tni-au.mil.id)
Peralatan tak memadai itu membuat heran para penerbang Angkatan Udara Kerajaan Inggris yang datang ke Maguwo. Pilot-pilot Inggris itu kaget karena kadet-kadet Indonesia masih menggunakan Cureng yang menurut mereka mestinya sudah tak digunakan.

“Kalian menerbangkan peti mati,” kata salah seorang penerbang Inggris.

Namun kondisi itu tak membuat ciut nyali. Deretan tokoh tak kenal lelah merintis dan membangun dunia penerbangan Indonesia.

Nurtanio Pringgoadisurjo dan timnya misal membuat pesawat tempur antigerilya Sikumbang, pesawat latih Belalang, pesawat olahraga Kunang, pesawat penyemprot hama Kinjeng, dan pesawat serbaguna Gelatik. Nurtanio juga menggagas Lembaga Persiapan Industri Penerbangan yang merupakan cikal bakal Industri Pesawat Terbang Nusantara (kini PT Dirgantara Indonesia).

Sahabat Nurtanio, Jacob Salatun, tak kalah antusias. Ia menggagas berdirinya Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. Begitu pula dengan Wiweko Soepono yang berperan penting di balik pembelian pesawat angkut pertama Indonesia, Seulawah. Wiweko, di kemudian hari, ditunjuk menjadi Direktur Utama Garuda Indonesia.

Nurtanio, Salatun, dan Wiweko dikenal sebagai tiga sekawan. Ketiganya berjasa besar dalam dunia dirgantara Indonesia dengan cara mereka masing-masing. Pun demikian dengan tokoh-tokoh lain.

“Mereka merintis industri pertahanan strategis sekaligus membangun membangun kekuatan udara Indonesia,” kata mantan Kepala Staf Angkatan Udara Chappy Hakim kepada CNNIndonesia.com, Rabu (16/3).

Semangat dan kepeloporan para perintis, ujarnya, mesti dijaga tak lekang zaman. (agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER