Partai Demokrat: Kritikan J Kristiadi ke SBY Sinis dan Lebay

Basuki Rahmat N | CNN Indonesia
Rabu, 20 Apr 2016 12:26 WIB
Sangat disesalkan dan memalukan untuk kelas pengamat dan peneliti politik senior seperti dia,” kata Ramadhan Pohan.
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono bersama peserta kongres saat menyanyikan mars partai pada penutupan Kongres IV Partai Demokrat di Hotel Shangrila, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (13/5). (ANTARA FOTO/Zabur Karuru)
Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat Ramadhan Pohan menilai kritikan pengamat politik CSIS J Kristiadi terhadap Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono sinis dan terlalu berlebihan atau lebay.

Ramadhan mengatakan pada hari Minggu lalu lembaga survei dan konsultan SMRC melakukan diskusi survei dan proyeksi kepuasan rakyat terhadap pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

“Sangat mengejutkan pengamat CSIS J Kristiadi melakukan serangan justru ke Presiden ke-6 RI SBY. Pertama, Kristiadi menyebut Jokowi lebih baik dibandingkan SBY. Selama 10 tahun memerintah, SBY disebut tidak berbuat apa-apa,” ujar Ramadhan dalam keterangannya yang diterima CNN Indonesia, Selasa malam (19/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kedua, kata Ramadhan, Kristiadi menyebutkan Jokowi ngebut untuk pembangunan infrastruktur dua tahun terakhir, yang hal tersebut berbeda dengan SBY ketika menjabat sebagai Presiden.


“Ketiga, kata Kristiadi, SBY juga meninggalkan beban ke pemerintahan Jokowi dengan kasus Bank Century, Wisma Atlet, dan lain-lain.  Terakhir, masih kata Kristiadi SBY tak mampu mengontrol kinerja Legislatif,” tutur Ramadhan.

Ramadhan, yang merupakan Jubir DPP Partai Demokrat menyatakan pernyataan Kristiadi itu sungguh sangat menyesatkan. “Disampaikan di depan lembaga SMRC dan puluhan media, jelas kebohongan publik. Sangat disesalkan dan memalukan untuk kelas pengamat dan peneliti politik senior seperti dia,” katanya.

Mantan anggota Komisi I DPR itu mempersilakan jika Kristiadi menyanjung Jokowi, dan Partai Demokrat tak keberatan. Namun bagi Partai Demokrat, tak elok membanding-bandingkan kedua era pemimpin bangsa. “Tantangan dan zamannya pun berbeda. Tapi mengatakan 10 tahun era SBY tak berbuat apa-apa, ini lebay dan harus diluruskan. Peneliti senior CSIS ironisnya malah bicara tanpa data. Kesannya asal bunyi saja Kristiadi,” ujar Ramadhan.


Ramadhan menuturkan pada era SBY income per kapita tahun 2004 adalah US$1.188, dan tahun 2013 melonjak menjadi US$3.499. Pada 2012 pertumbuhan ekonomi Indonesia yakni 6,23%, dan itu tertinggi kedua setelah China. Lalu pada 2013 sebesar 5,78%, yaitu tertinggi kedua setelah G20. Adapun pada 2014 relatif stabil, yakni 5,12%.

Selama satu dasawarsa era SBY, kata Ramadhan, pembangunan infrastruktur juga pesat. Infrastruktur dasar meliputi jalan dan jembatan, lalu infrastruktur ketahanan pangan dan penyediaan air baku serta pemukiman juga digenjot.

Ramadhan menyebutkan bahwa selama era SBY 2004-2013 jalan nasional dipacu lajunya menjadi 38.570 km. Jalan strategis nasional baru, dibangun 11.577 km. Jumlah total peningkatan panjang jalan dan tol selama era SBY yaitu 135.445 km. “Jadi jika dibilang Kristiadi SBY enggak ngapa-ngapin, jelas itu tak berdasar. Boleh kritis tapi janganlah sinis,” ujarnya.


“Jembatan dari 256.264 m tahun 2004 menjadi 422.826 m di tahun 2013. Sangat signifikan, bukan? Itu termasuk Jembatan Kelok 9, Jembatan Suramadu, Jembatan Muara Sabak, Jembatan Merah Putih dan lain-lain,” lanjut dia.

Tahun 2004-2013 pun, ujar Ramadhan, dibangun 20 waduk, 412 embung, dan jaringan irigasi 1,39 juta hektare. “Jadi Kristiadi hanya sinis dan picisan saja. Kami tak anti kritik, tapi Kristiadi hanya asal bunyi dan bohong,” kata Ramadhan.

Dia meneruskan, pada era SBY investasi juga menaik tajam. Jika tahun 2004 di angka Rp57 triliun, selama era SBY menjadi Rp507 triliun tahun 2014. Begitu juga angka kemiskinan, ada perbaikan yang dilakukan. Jika tahun 2004 rakyat miskin sebanyak 36,1 juta jiwa (16,6%), di era SBY menjadi 28 juta jiwa (11,37%). “Lebih 8 juta jiwa rakyat kita dientaskan dari kemiskinan,” ucapnya.

Begitu juga angka pengangguran, dari 9,8% tahun 2004 ditekan menjadi 6,25% pada 2013. Selama era SBY terdapat 12,30 juta lapangan kerja baru diciptakan, khusus sektor formal. “Data di atas menjadi jelas. Sayang sekali, Kristiadi sama sekali tidak berbicara angka, bisanya kok hanya berburuk sangka dan syakwasangka saja,” kata dia.


Adapun soal hubungan eksekutif-legislatif, menurut Ramadhan, Kristiadi pun naif sekali. Jika ia katakan SBY tak mampu mengkontrol kinerja legislatif, maka jelas salah kaprah. “Tak jelas maksud Kristiadi. Justru DPR RI yang mengawasi kinerja pemerintah, bukan di balik. Kedua lembaga ini bekerja sama membikin UU dan membahas pembangunan supaya berguna bagi bangsa,” ujarnya.

Dia menekankan, tudingan Kristiadi bahwa SBY meninggalkan beban ke Jokowi, seperti kasus Bank Century dan Wisma Atlet, juga salah kaprah. Ramadhan menyatakan posisi SBY dan Partai Demokrat adalah menjunjung supremasi hukum. “Silakan semua kasus hukum kedua yang disebut itu dibuka seterang-benderangnya termasuk juga BLBI, TransJakarta, dan lain-lain. Ini supaya tak ada fitnah bagi era Megawati, SBY, Jokowi atau siapa pun,” katanya.

Ramadhan menambahkan, SBY tidak pernah menuding era Megawati, Gus Dur, BJ Habibie, Soeharto dan Bung Karno. “Pembangunan adalah berkelanjutan, saling melengkapi dan menguatkan dari era yang ada dengan sebelum-sebelumnya. Itu etikanya. Pengamat independen sejatinya juga demikian. Jika tidak, jadinya abal-abal saja,” ujar Ramadhan sangat menyesalkan.

(obs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER