Menhan: Penyandera Tujuh WNI Kelompok Abu Sayyaf

Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu memastikan pelaku penyanderaan tujuh warga negara Indonesia di Filipina merupakan kelompok bersenjata Abu Sayyaf. Kepastian itu diterimanya usai bertemu pemerintah Filipina.

Ryamizard mengatakan, peristiwa penyanderaan tersebut terjadi dua kali dan dilakukan oleh kelompok yang sama.

Pilihan Redaksi Bebaskan Sandera, Menhan Akan Operasi Militer Jika Terpaksa Transisi Filipina Hambat Patroli Bersama di Perbatasan Legislator Tawarkan Pendekatan Informal Pembebasan Sandera Panglima TNI: Penyandera Minta Tebusan Rp65 M untuk Empat WNI

"Ini kelompok Abu Sayyaf semua yang melakukan," kata Ryamizard di kantor Kementerian Politik Hukum dan Keamanan, Jakarta, Selasa (28/6).

Penyanderaan pertama dilakukan terhadap tiga anak buah kapal (ABK) yakni Fery Arifin (nahkoda), Muhammad Mahbrur Dahri dan Edy Suryono (Masinis II). Satu jam kemudian, terjadi penyanderaan kedua terhadap empat ABK lainnya oleh kelompok berbeda, yaitu Ismail, Robin Piter, Muhammad Nasir, dan Muhammad Sofyan.

Ryamizard menjelaskan, pasukan tentara Filipina telah mendeteksi kelompok bersenjata Abu Sayyaf. Kelompok penyandera itu bergerak dari arah Utara, di Provinsi Sulu menuju ke bagian Selatan Filipina, daerah Davao. Di tempat itu, Ryamizard mengklaim, kelompok Abu Sayyaf telah dikepung.

"Mereka (kelompok Abu Sayyaf) sudah bergerak dari arah utara Filipina, di Sulu, lalu ke pucuk selatan daerah Davao. Mereka kumpul di sana dan sudah dikepung oleh pasukan Filipina," ungkap Ryamizard.

Sebelumnya, Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan kondisi para sandera dalam keadaan sehat. Pemerintah telah mengetahui lokasi dan kelompok para penyandera. "Kondisinya (sandera) baik," kata Luhut, kemarin.

Peristiwa penyanderaan tujuh WNI terjadi pada Senin (20/6) di perairan Filipina. Ketujuh orang itu merupakan anak buah kapal (ABK) tugboat Charles 001 dan kapal tongkang Robby 152 di Laut Sulu Filipina Selatan. (sur)