Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Ketua Komisi I DPR, TB Hasanuddin, meminta pihak Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Pasukan Pengaman Presiden dan Wakil Presiden (Paspampres) memberi penjelasan soal pengakuan anggota Angkatan Darat Amerika Serikat, Audi Sumilat, yang menyelundupkan senjata untuk Paspampres RI pada 2015.
Sumilat kini diketahui sedang menjalani persidangan dan mengakui perbuatannya. Menurut Hasanuddin, perlu ada upaya pembersihan nama dari TNI dan satuan Paspampres.
Pembelian senjata untuk TNI maupun Paspampres, menurutnya harus dilakukan secara resmi dari pihak yang resmi pula. Jika ada pengadaan senjata untuk Paspampres, seharusnya dilakukan melalui kontrak pengadaan oleh Mabes TNI.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sepengetahuan kami di Komisi I DPR, tahun 2015 tidak ada program Mabes TNI untuk membeli senjata genggam sekian pucuk untuk Paspampres. Kami khawatir ini pembelian ilegal yang dilakukan oleh perorangan atau oknum Paspampres yang membeli dari oknum aparat di Amerika Serikat," kata Hasanuddin seperti dikutip dari Detikcom, Sabtu (9/7).
Mantan Sekretaris Militer Kepresidenan ini juga berpendapat, jika benar ada oknum Paspampres yang melakukan pembelian senjata ilegal, maka seharusnya diambil proses hukum sesuai aturan yang berlaku.
Ketua Komisi I DPR Abdul Kharis Almasyhari, juga meminta Paspampres untuk menjelaskan senjata ilegal ini, "apakah untuk keperluan Paspampres, atau ini bisnis perorangan Paspampres."
Menurutnya, jika pembelian senjata itu dilakukan oleh oknum Paspampres untuk bisnis perorangan, maka hukum yang berlaku harus ditegakkan karena ini tergolong ilegal.
"Kalau untuk Paspampres mestinya enggak ada pembelian melalui jalur ilegal. APBN enggak boleh untuk membeli sesuatu yang ilegal," ujar politikus dari Partai Keadilan Sejahtera itu.
Pada persidangan di pengadilan federal Amerika Serikat beberapa waktu lalu, kantor jaksa New Hampshire menjelaskan, Audi Sumilat mengaku terlibat dalam penjualan dan pengiriman senjata secara ilegal untuk Pampampres Indonesia.
Ia menyebut ada tiga anggota Paspampres yang muncul dalam rencana pembelian senjata pada 2014, ketika mereka sama-sama menjalani pelatihan di Fort Benning, Georgia. Sumilat membeli senjata di Texas, kemudian dikirim ke mitra konspirasinya di New Hampshire.
Selanjutnya, mitra konspirasi Sumilat mengirimkan senjata itu ke anggota Paspampres saat berkunjung ke Washington DC dan Majelis Umum PBB di New York. Dari sini senjata-senjata itu diselundupkan keluar dari AS dan masuk Indonesia.
(adt)