Jakarta, CNN Indonesia -- Kepolisian Republik Indonesia (Polri) menilai permintaan Pemerintah Turki untuk menutup sembilan sekolah yang diduga berafiliasi dengan organisasi teroris Fethullah Gulen (FETO) tak bisa dilakukan asal-asalan.
Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar mengungkapkan perlu ada pembicaraan lebih dulu antara Polri dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Luar Negeri sebelum mengamini permintaan pemerintah Turki.
"Kami tak bisa dapat info dan langsung main tindak, harus ada klarifikasi dulu," kata Boy saat ditemui di Mabes Polri, Jumat (29/7).
Ada sembilan nama sekolah di Indonesia yang disebut Kedubes Turki memiliki keterkaitan dengan FETO. Sembilan sekolah tersebut antara lain Pribadi Bilingual Boarding School, Depok; Pribadi Bilingual Boarding School, Bandung; Kharisma Bangsa Bilingual Boarding School, Tangerang Selatan; Semesta Bilingual Boarding School, Semarang; Kesatuan Bangsa Bilingual Boarding School, Jogjakarta; Sragen Bilingual Boarding School, Sragen; Fatih Boy's School, Aceh; Fatih Girl's School, Aceh; dan Banua Bilingual Boarding School, Kalimantan Selatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Boy, klarifikasi menjadi hal utama dalam menyikapi kasus ini karena informasi awalnya berasal dari luar negeri. Selain itu, permintaan yang menyinggung aktivitas pendidikan juga menjadi atensi lebih dari aparat penegak hukum.
Namun begitu Boy juga menegaskan seandainya ada sekolah yang memang jelas-jelas mengajarkan tindak pidana terorisme maka Indonesia sudah memiliki aturan yang bisa mempidanakan pengelola sekolah.
Hanya saja untuk saat ini yang akan dilakukan Polri adalah melakukan verifikasi data bersama Kemendikbud dan Kemenlu sebelum mengambil langkah lebih jauh.
"Kami kerja sama dengan Kemendikbud dan Kemenlu untuk verifikasi masalah. Jika memang berkaitan dengan terorisme aturan hukumnya ada," ujar Boy.
Sebelumnya Mendikbud Muhadjir Effendy menjamin bahwa Pemerintah Indonesia tidak akan menutup sembilan lembaga pendidikan Indonesia yang disebut Kedutaan Besar Turki berafiliasi dengan organisasi teroris Fethullah Gulen (FETO).
Muhadjir menyatakan, pihaknya memastikan bahwa kesembilan lembaga pendidikan tersebut tak terkait dengan organisasi teroris apapun. Menurutnya, kesembilan sekolah tersebut bahkan telah lama memutus kemitraannya dengan Pacific Countries Social and Economic Solidarity Association (PASIAD), yayasan nirlaba Turki yang memiliki perhatian terhadap pendidikan di Indonesia dan diduga turut dikelola oleh jaringan Hizmet binaan Gulen.
"Kami jamin kesembilan lembaga tersebut aman, tidak akan ditutup. Bukti legal sudah jelas bahwa mereka sudah tidak bermitra lagi dengan PASIAD," ujar Muhadjir kepada CNNIndonesia.com pada Jumat (29/7).
Sementara itu Sekolah Semesta Bilingual Boarding School di Semarang yang disebut oleh Kedubes Turki terafiliasi oleh Fethullah Gulen, membantah tudingan dan menolak keras untuk ditutup.
"Ini fitnah meresahkan kami. Apalagi sampai diminta ditutup. Kami justru berpikir balik jika jangan-jangan ini intervensi Turki ke Indonesia dalam bidang Pendidikan", kata Kepala Sekolah Semesta School Mohamad Haris kepada CNNIndonesia.com, Jumat (29/7).
Haris tak menampik jika Sekolah Semesta memang pernah bekerja sama dengan yayasan PASIAD yang diduga dibentuk oleh Fethullah Gulen. Namun kerjasama tersebut tak pernah menyentuh pada ideologi, kurikulum maupun doktrinasi.
"Ya benar kita memang pernah kerjasama dengan Pasiad. Tapi itu telah berakhir pada 2015, sesuai dengan Peraturan Pemerintah yang dikeluarkan", tambah Haris.
(yul)