Jakarta, CNN Indonesia -- Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Haris Azhar mengaku sempat menelepon juru bicara presiden, Johan Budi Sapto Prabowo sebelum mengedarkan tulisan yang memuat pertemuannya dengan terpidana mati narkotik Fredi Budiman. Haris sengaja menghubungi Johan pada 25 Juli lalu sebelum eksekusi mati dilakukan.
Menurutnya, tanggapan Johan saat itu terkejut karena menganggap informasi itu cukup penting. Johan meminta Haris agar tak buru-buru memberitahukan informasi itu melalui media massa.
"Harapannya dia bisa bicara dulu dengan Pak Jokowi (presiden)," ujar Haris saat memberikan keterangan di kantor KontraS, Jumat (29/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama empat hari menunggu, Haris tak kunjung mendapat kabar dari Johan. Hingga akhirnya dia memilih untuk mengirimkan langsung tulisan tersebut ke Johan pada Kamis (28/7) kemarin. Tak berselang lama, Johan langsung menghubunginya melalui telepon dengan mengatakan, "mas silakan bicara dengan presiden, masih ada waktu," kata Haris menirukan ucapan Johan.
Haris menduga, Johan tak mengetahui bahwa eksekusi mati para terpidana itu dilakukan pada Jumat dini hari tadi. Saat itu, Johan berjanji akan menyampaikan pada presiden meski tak dapat menjamin apa reaksi presiden.
Namun, Haris menyesalkan sikap Johan. Sebab hingga eksekusi mati dilaksanakan, Johan tak kunjung memberinya kabar.
Selain Johan, lanjut Haris, Kepala Bagian Humas Badan Narkotika Nasional Komisaris Besar Slamet Pribadi rupanya juga menghubunginya tadi malam.
Menurut Haris, Slamet hanya menyampaikan ucapan terima kasih atas tulisannya yang menyebutkan bahwa ada pejabat BNN yang meminta pencabutan kamera pengawas di ruangan Fredi.
"Pak Slamet bilang agar kami saling menghormati. Ya beliau cukup responsif dan komunikatif juga menanggapi ini," ucap Haris.
(ags)