Gizi Buruk di Yogyakarta Diproyeksikan Turun 0,48 Persen

Ardita Mustafa | CNN Indonesia
Minggu, 21 Agu 2016 11:21 WIB
Kasus gizi buruk pada anak tidak selalu disebabkan faktor ekonomi, bisa juga karena pergeseran pola makan, khususnya perempuan sebagai calon ibu.
Ilustrasi anak. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merasa optimistis mampu menurunkan angka gizi buruk hingga 0,48 persen pada 2017, dengan menggencarkan kampanye program 1.000 Hari Pertama Kelahiran Anak (1.000 HPK).

"Melalui 1.000 HPK, kami yakin angka itu dapat tercapai," kata Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY Endang Pamungkasiwi di Yogyakarta, pada Minggu (21/8), seperti yang dikutip dari Antara.

Menurut Endang, kasus gizi buruk tidak selalu disebabkan faktor ekonomi. Kendati pada 2014 Pemprov DIY mengumumkan angka kemiskinan menurun, pada kenyataannya jumlah kasus gizi buruk justru naik mencapai angka 0,51 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gizi buruk pada anak, juga bisa disebabkan pergeseran pola makan masyarakat, khususnya perempuan sebagai calon ibu.

Berdasarkan hasil survei Konsumsi Makanan Individu pada tahun 2014, kelompok usia produktif antara 15 dan 55 tahun di DIY terindikasi kekurangan asupan gizi.

Sementara itu, dari kelompok produktif tersebut, sebanyak 46 persen di antaranya merupakan perempuan.

Oleh sebab itu, program 1.000 HPK perlu terus disosialisasikan kepada calon ibu sebagai momen penting bagi kualitas pertumbuhan anak.

Dijelaskan Endang, Program 1.000 HPK yaitu 270 hari di dalam kandungan dan 730 hari dalam 2 tahun pertama setelah lahir.

"Jadi, pada masa emas itu, sang ibu harus semaksimal mungkin diupayakan mendapatkan asupan gizi yang cukup," ujar Endang.

Kasus gizi buruk sesuai data pada 2015 mencapai 870 anak atau 0,5 persen dari seluruh anak atau balita di DIY.

Anak penderita gizi buruk paling banyak ditemukan di Kabupaten Kulonprogo mencapai 0,81 persen, diikuti Kota Yogyakarta 0,69 persen, Gunung Kidul 0,53 persen, Sleman 0,4 persen, dan Bantul 0,38 persen.

Untuk mengoptimalkan program 1.000 HPK itu, Endang juga mendorong kaum ibu agar memprioritaskan datang ke pos pelayanan kesehatan terpadu (posyandu).

Hingga saat ini, tingkat kunjungan ke posyandu cukup rendah jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

"Ibu balita yang menimbangkan anaknya ke posyandu hingga saat ini masih sekitar 79 persen atau di bawah angka nasional yang mencapai 85 persen," kata Endang.

(antara)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER