Jakarta, CNN Indonesia -- Aksi penuntutan proses hukum atas tuduhan penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama pada Jumat (4/11) berakhir ricuh. Semula aksi yang memiliki waktu hingga pukul 18.00 berlangsung damai dan kondusif.
Hingga di waktu massa seharusnya membubarkan diri, tapi kericuhan mulai terjadi. Aparat keamanan pun bertindak demi mengendalikan situasi itu. Menanggapi adanya kerusuhan usai demo berlangsung, politikus partai Gerindra Aryo Djojohadi pun menyayangkan hal tersebut.
"Sampai maghrib saya rasa itu berjalan baik dan itu bukti bahwa kebebasan berpendapat tetap dijalankan, tapi sangat disayangkan kerusuhan terjadi pada malam hari," katanya saat dihubungi oleh CNNIndonesia.com pada Sabtu (5/11) siang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia pun menyatakan bahwa dirinya meyakini itu hanya aksi dari sekelompok kecil orang yang memprovokasi.
"Kami percaya bahwa mayoritas pendemo itu menghormati peraturan yang ada, kita lihat sendiri bahwa lebih 100rb turun dan 99,9 persen mereka baik-baik saja," katanya menambahkan.
Politikus dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Eva Kusuma Sundari pun turut menyampaikan pandangannya perihal kerusuhan yang terjadi tadi malam.
"Setiap kumpulan massa selalu ada resiko
chaos, sayang komitmen untuk bubar setelah maghrib dilanggar sehingga resiko itu jadi kenyataan. Sangat disayangkan kemudian muncul 'accident' yg mencederai agenda demo siangnya," kata Eva.
Meski menyayangkan kondisi itu, keduanya sama-sama memberikan apresiasi terhadap kinerja aparat keamanan yang mampu mengendalikan situasi tersebut.
Disamping itu, menanggapi pernyataan Presiden Joko Widodo yang mengatakan bahwa kerusuhan usai demo dipicu oleh aktor intelektual, Aryo sendiri mendorong bahwa sebaiknya Presiden langsung menyebutkannya.
"Tentu saja dari pernyataan beliau kalau ada aktor intelektual itu akan jauh lebih jelas jika menyebut siapa dalang dibaliknya. Saya yakin bapak presiden tidak mungkin mengatakan itu tanpa intelejen yang tepat dan akurat," tuturnya.
Aryo yang juga menyayangkan ketidakhadiran Presiden Jokowi untuk menemui langsung para pendemo turut menambahkan, "akan jauh lebih menenangkan siapa yang dibalik itu. Sebut individunya itu akan membantu daripada muncul spekulasi."
Di sisi lain, Eva hanya memberi dukungan agar penegakkan hukum dapat berjalan dan yang membuat masalah segera diproses.
Terkait adanya kemungkinan akan aksi susulan, Eva merasa khawatir bahwa aksi 4 November kemarin bukan hanya menuntut proses hukum Ahok yang memang sudah dijalani.
"Tampaknya aksi kemarin ditumpangi banyak agenda selain tuntutan proses hukum terhadap ahok. Yang mencemaskan, bahkan agenda besar penjatuhan pemerintah atau presiden. Ini sudah bisa dikategorikan gerakan destabilisasi terhadap keamanan negara," katanya.
Dia menambahkan, "target yang dituntut demo sudah dijawab, yaitu proses hukum Ahok [petahana] sedang berlangsung [tuntutan sudah dipenuhi], untuk apa demo lagi?"
Sedangkan, Aryo berharap bahwa pemerintah dan aparat hukum serta yudisial dapat dengan cepat memproses tuntutan WNI yang merasa terusik dengan pernyataan Ahok beberapa waktu lalu.
"Kalau cepat dan tepat, tentu semua orang akan mengerti bahwa proses hukum berjalan baik. Saya berharap WNI menerima apapun hasil hukum itu, sangat senang apabila proses itu berjalan baik dan transparan," ujar Aryo.
(pit)