Menteri Khofifah: Korban Gempa Aceh Butuh Terapi Psikososial

Lesthia Kertopati | CNN Indonesia
Senin, 12 Des 2016 02:23 WIB
Mensos Khofifah Indar Parawansa meminta perguruan tinggi mengirimkan banyak relawan yang memiliki kemampuan terapi psikososial bagi korban gempa Aceh.
Mensos Khofifah mengatakan korban gempa Aceh butuh pemulihan psikososial, oleh karena itu dibutuhkan banyak relawan dengan kemampuan terapi psikososial. (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa meminta agar perguruan tinggi mengirimkan banyak relawan yang memiliki kemampuan terapi psikososial, bagi korban gempa di Pidie, Provinsi Aceh.

“Saya berharap dari berbagai perguruan tinggi bisa mengirimkan relawan, karena terapi psikososial butuh keilmuan secara khusus. Akan sangat bermakna untuk bantu saudara kita di sana," ujarnya, saat meluncurkan program Jangkauan dan Rehabilitasi Sosial Anak Pulau Terluar Regional Sumatera, di Kota Pekanbaru, Riau, Minggu (11/12).

Ia mengatakan terapi psikososial sangat dibutuhkan untuk korban bencana untuk memulihkan motivasi dan semangat hidup mereka.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kementerian Sosial RI hingga Sabtu (10/12) mendata sebanyak 40 relawan yang tergabung dalam Tim Layanan Dukungan Psikososial (LDP) Kemensos. Sebelas orang diantaranya berasal dari Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung, Jawa Barat.

Namun, mereka baru bisa membantu empat dari sembilan pos komando (posko) pengungsian yang di bawah koordinasi Kemensos RI.

Sementara itu, jumlah tempat pengungsian cenderung bertambah.

“Belum lagi warga yang mengalami trauma juga semakin banyak. Para korban gempa mengalami trauma yang belum pulih dari tsunami 2004, ditambah lagi gempa-gempa susulan yang terus terjadi,” papar Khofifah.

Selain itu, Khofifah menambahkan, jumlah pengungsi selalu meningkat di malam hari.

“Mereka yang rumahnya tidak rusak pada siang kembali pulang, namun pada malamnya berkumpul di tenda-tenda karena di sanalah tempat yang memberikan rasa aman. Jadi, rasanya kita butuh uluran tangan untuk berikan penguatan sebagai tim terapi psikososial," ujarnya.

Tim LDP Kementerian Sosial telah melakukan kaji cepat korban gempa Aceh di lokasi pengungsian Kabupaten Pidie Jaya, yakni Meunasah Jurong, Meunasah Balek, Meuraksa Barat dan Paru Keude.

Kajian itu, menurut dia, utamanya dilakukan pada kelompok rentan, yakni lansia, disabilitas, ibu hamil, ibu menyusui dan anak anak, serta warga yang ditinggalkan anggota keluarganya.

Hasil kaji cepat itu, ujar Khofifah, akan menjadi dasar pemberian layanan kepada pengungsi, terutama berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar.

Berdasarkan data tersebut, tim Kemensos RI juga akan menentukan intervensi atau aktivitas lanjutan untuk mengurangi dampak negatif dari gempa.

“Kaji cepat biasanya dilakukan dalam rentang waktu hari pertama sampai hari ke-4 bencana. Ini sebagai data awal yang menjadi dasar untuk menyusun program layanan dukungan psikososial selanjutnya," sebut Khofifah.

Koordinator Tim Layanan Dukungan Psikososial Kemensos, Milly Mildawati, mengungkapkan hasil kaji cepat pada pengungsi yang kehilangan anggota keluarganya, menunjukkan bahwa mereka masih sangat berduka. Mereka juga ketakutan berada di dalam ruangan dan lebih memilih berada di luar rumah, beraktivitas dan tidur di tenda-tenda.

"Kondisi ini agak berbeda dengan warga yang tinggal di pesisir pantai. Ketakutan mereka berbeda, dua kali lipatnya. Mereka takut berada di dalam ruangan dan takut tsunami karena rumah mereka berada di bibir pantai," ujar Milly, yang juga Kepala Pusat Kajian Bencana dan Pengungsi STKS Bandung.

Terkait korban anak-anak, Milly mengungkapkan tim dukungan psikososial mendapati anak-anak juga masih mengalami rasa takut, terlebih saat terjadi gempa susulan. Mereka umumnya menunjukkan reaksi tubuh gemetar hebat, panik, saling berpelukan dan menjerit karena takut.

"Untuk hasil assement kepada penyandang disabilitas diketahui jumlahnya kebih sedikit jika dibandingkan kelompok rentan lainnya, akan tetapi mereka tetap kami utamakan. Misalnya ada yang mengalami gangguan berjalan, kami gali kebutuhannya, dan mereka memerlukan alat bantu berjalan (tongkat) atau kursi roda," kata Milly menambahkan. (les)
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER