Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan beberapa organisasi penelitian mengusulkan agar pemerintah merelokasi tempat tinggal warga Desa Banaran, Ponorogo, Jawa Timur. Pada Sabtu (1/4), terjadi longsor di desa itu yang hingga kini ditemukan dua orang meninggal dan 26 orang dalam masa pencarian.
"Bupati telah menyetujui usulan masyarakat untuk membangun di lokasi ladang mereka. Namun akan kami kaji lebih dahulu daerah tersebut aman atau tidak dari potensi bencana," kata kepala BNPB Willem Rampangilei dalam siaran pers, Senin (3/4).
Willem mengatakan usulan relokasi ini melibatkan tim dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi - Kementerian ESDM, tim riset dari Universitas Gajah Mada (UGM) dan Kementerian Pekerja Umum dan Perumahan Rakyat.
Menurut Rektor UGM Dwikorita panjang longsor mencapai 1,5 kilometer dari mahkota longsor ke daerah hilir, karena struktur geologi di sekitar tempat kejadian berupa patahan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perbedaan morfologi menyebabkan aliran longsor berbelok sehingga cukup jauh dampak dari longsor" kata Dwikorita.
Longsor ini menyebabkan 300 jiwa mengungsi di rumah kepala desa dan menumpang sanak saudara terdekat yang aman dari longsor. Korban pengungsi saat ini ditangani oleh Kementerian Sosial dan Kementerian Kesehatan.
Pemerintah menetapkan masa tanggap darurat berlaku dari 2 April 2017 sampai dengan 15 April 2017, pencarian dan penanganan pengungsi masih terus dilanjutkan.
"Ada tujuh alat berat dan dibagi tiga sektor. Sektor A kedalaman 17-20 meter yang ditangani oleh Basarnas. Sektor B oleh TNI dan Sektor C oleh Polri. Pencarian korban akan terus dilakukan" ucap Willem.
BNPB mendistribusikan Dana Siap Pakai sebesar Rp500 juta untuk penanganan darurat bencana tanah longsor di Kabupaten Ponorogo. Dana tersebut digunakan untuk operasional dalam penanganan darurat.