Kala Kamera Agus Menangkap Basah Gayus Tambunan

CNN Indonesia
Kamis, 04 Mei 2017 14:30 WIB
Foto yang diambil Agus Susanto sempat membuat geger. Ia memotret Gayus Tambunan yang seharusnya menghuni rutan, sedang menonton tenis di Bali.
Agus Susanto mempelajari fotografi sejak duduk di bangku kuliah. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Ketekunan Agus di dunia fotografi bermula saat dirinya mendapatkan kamera pertama. Kamera pertama tersebut, ia peroleh dari sisa uang masuk ke universitas. Karena saat itu ia berhasil masuk ke universitas negeri, maka pengeluarannya jauh lebih hemat.

Kegiatan Agus sebagai tim dokumentasi semasa mahasiswa membuatnya semakin kepincut fotografi. Ia kian serius menekuni dunia itu setelah bergabung dengan Himpunan Senifoto Bengawan (HBS) pada 1995. Kemudian setelah lulus dari bangku kuliah, Agus langsung bekerja sebagai pewarta foto jurnalistik di Koran Kompas hingga saat ini.

Pria yang lahir di Klaten 21 Agustus 1974 ini menganggap fotografi sebagai sesuatu yang bisa membuat dirinya dan keluarganya bahagia. Ia juga selalu menikmati setiap proses saat dirinya tengah mengabadikan sebuah momen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Aku senang, dari situ membuat bahagia. Tidak kaya tidak kere, bisa menikmati proses. Publikasi bukan tujuan utama, tapi proses," katanya.

Bagi Agus, foto memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan medium video yang saat ini sedang naik daun. Baginya, foto bisa menghentikan seseorang untuk bisa menikmati momen peristiwa tersebut. Ia berpendapat, video justru akan cepat dilupakan.

"Kalau kita lihat gambar bagus itu kan pasti berhenti. Momen itu akan selalu teringat. Berbeda misalnya dengan video. Ya, video teringat, tapi karena dia (video) move, moving, motion itu ya akhirnya tergerus sama yang lainnya," ujar laki-laki pecinta kopi ini.

Seiring waktu, Agus menilai kehidupan pewarta foto mulai berubah. Padahal menurutnya, di awal 2000-an pewarta foto adalah pekerjaan keren. Ini karena di masa itu kamera masih jadi salah satu barang mewah dan tak bisa dengan mudah digunakan semua orang.

Tak hanya itu, kamera yang masih menggunakan sistem analog atau film membuat seseorang harus punya keahlian khusus untuk bisa menghasilkan sebuah foto. Berbeda dengan sistem digital sekarang yang sangat memudahkan bagi siapa saja.

"Motret waktu zaman negatif itu satu kebanggaan," ucap Agus.

Sebagai seorang pewarta foto Indonesia yang sudah menekuni dunia fotografi sejak tahun 2000, Agus berharap ke depannya para pewarta foto muda Indonesia bisa lebih lebih kreatif dalam mengeksplor ide dan menggali sisi lain dari sebuah momen atau peristiwa.

"Proses kreatif jadi tantangan mereka (pewarta foto muda). Jadi memang harus keluar dari rutinitas. Misal kalau kita punya waktu luang atau punya story yang menarik, kita bisa mengajukan ke ediotr. Ini kecil tapi itu yang membuat dia berbeda dengan fotografer lainnya," ujarnya.

----

Tulisan ini diterbitkan dalam rangka merayakan World Press Freedom Day 2017. CNN Indonesia menerbitkan hasil wawancara dengan lima jurnalis foto berpengalaman Indonesia.

HALAMAN:
1 2
TOPIK TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER