Adek Berry, Dua Dekade Memotret Bahaya

CNN Indonesia
Kamis, 04 Mei 2017 15:22 WIB
Selama 20 tahun terakhir, Adek Berry pergi ke berbagai penjuru Indonesia untuk mengabadikan peristiwa. Daerah berbahaya tak membuatnya gentar.
Ketika berada di rumah, Adek Berry akan konsentrasi pada keluarganya. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Bekerja di sebuah kantor berita atau wire, menurut Adek, punya tingkat kesulitan dan tantangan tersendiri. Selain mendapat tekanan yang lebih tinggi, Adek juga dituntut lebih efisien dalam banyak hal karena harus meliput peristiwa nasional dan internasional. Manajemen waktu yang baik juga jadi kewajiban.

Sebagai fotografer, Adek cukup sering meliput konflik atau perang. Di Indonesia, Adek pernah memotret konflik di Ambon, Timor-timor, Palu, dan Tentena. Sementara untuk konflik di luar negeri, Adek pernah meliput ke Pakistan dan tiga kali ke Afghanistan.

Meski dengan berbagai pengalaman menentang bahaya, ibu dua anak ini tetap mengutamakan keamanan saat meliput di daerah perang atau konflik. Ia juga selalu mengikuti Standard Operation Procedure (SOP) setiap kali ditempatkan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Jangan sampai karena kita tidak memperhatikan keselamatan kita, kehadiran kita sebagai jurnalis di situ justru merepotkan aparat keamanan atau masyarakat. Padahal tujuan kita berada di situ adalah untuk melaporkan peristiwa dan keadaan yang ada di situ,” ucapnya.

"Jika kita embeded (bergabung dengan satuan keamanan), rompi anti peluru dan helm menjadi barang yang wajib dipakai. Selain itu, kita juga harus patuh terhadap perintah dari komandan regu.”

"Kalau embed, kita berada di dalam tim dan harus bekerja sama dengan tim, jadi kita enggak bisa sesuka hati mau meliput. Karena di situ ancaman paling tinggi adalah road side bom serta bom bunuh diri. Ketika jalan, mereka akan pakai pendeteksi dan kita berada di belakang pendeteksi logam. Bukan di depan, atau di sampingnya. Sebisa mungkin enggak menempatkan diri kita di situasi bahaya yang enggak bisa kita atasi," ujar Adek.

Adek Berry pernah meliput beberapa daerah konflik, mulai dari Ambon hingga Afghanistan. Adek Berry pernah meliput beberapa daerah konflik, mulai dari Ambon hingga Afghanistan. (AFP PHOTO / ADEK BERRY)
Ada kalanya Adek menembus daerah-daerah berbahaya itu seorang diri tanpa mengikuti kesatuan tertentu. Ia membeberkan, dirinya tetap harus bekerja sama dengan kepala biro setempat atau fotografer lokal karena mereka yang lebih memahami situasi. Koordinasi jadi kewajiban mutlak.

Sebagai fotografer perempuan, tanggung jawab Adek tak sebatas pada pekerjaan saja tapi juga pada statusnya sebagai istri dan ibu. Adek menegaskan komunikasi menjadi hal yang penting baginya dan keluarga. Hal ini yang membuat suami maupun anak-anak Adek memahami profesi dan seluruh risiko yang hadir di balik titel sebagai jurnalis foto.

Untuk menyeimbangkan dua dunia tersebut, Adek mengaku akan meninggalkan atributnya sebagai fotografer saat berada di rumah atau bersama keluarga.

"Saat libur, aku punya anakku, punya mereka. Saat di rumah, aku bukan fotografer, aku bukan editor, aku adalah ibu rumah tangga yang juga mencuci, memasak, terus ngurus anak ya," tuturnya.

Meski sudah 20 tahun menjalani profesi sebagai fotografer, Adek mengaku masih banyak hal dari dunia fotografi dan foto jurnalistik yang masih ingin dipelajarinya.

"Kalau dibilang enggak ada capeknya enggak mungkin, dibilang enggak ada bosennya juga enggak mungkin, karena seperti aku bilang (fotografi) melakukan pekerjaan yang sama dan berulang. Tapi pada prinsipnya jurnalistik adalah menyampaikan pesan dan pesan itu bisa selalu berbeda-beda, kondisi meliput juga selalu berbeda-beda," ucapnya.

Salah satu yang membuat Adek kecanduan pada dunia fotografi, salah satunya, adalah karena foto merupakan karya individu. Ini berbeda dari karya video di televisi yang merupakan karya tim.

"Karyanya individu dalam satu foto. Yang nempel nama Adek Berry," ucapnya.

------

Tulisan ini diterbitkan dalam rangka merayakan World Press Freedom Day 2017. CNN Indonesia menerbitkan hasil wawancara dengan lima jurnalis foto berpengalaman Indonesia.



HALAMAN:
1 2
TOPIK TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER