Pakar Sebut Kejahatan Siber Dana Perbankan Makin Marak

CNN Indonesia
Sabtu, 10 Jun 2017 21:00 WIB
Para pelaku semakin memahami proses pengamanan di perbankan yang diatur oleh regulator Otoritas Jasa Keuangan (OJK) maupun Bank Indonesia (BI).
Ilustrasi Hacker. (Thinkstock/g-stockstudio)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pakar Komputer Forensik Ruby Alamsyah mengatakan, kejahatan siber yang mengincar dana nasabah di perbankan semakin marak. Bahkan pelaku semakin lihai mengeruk dana nasabah.

"Ada peningkatan modus, maksudnya modusnya diubah," ucap Ruby di Acara Seminar Indonesia dan Ancaman Siber yang merajalela yang digelar Universitas Gunadarma, Sabtu (10/6).

Ia menyebut jumlah dana yang diambil pelaku kejahatan siber mencapai Rp100 juta per hari. Menurut Ruby, mereka semakin memahami proses pengamanan di perbankan yang diatur oleh regulator Otoritas Jasa Keuangan (OJK) maupun Bank Indonesia (BI).

Ruby mengatakan, pelaku kejahatan ini umumnya merupakan warga negara asing yang berasal dari Rusia. "Ini background-nya Rusia, dari 2009-2010 hacker Rusia selalu menargetkan negara berkembang seperti ini," katanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menjelaskan, teknis pengambilan dana nasabah dilakukan melalui internet banking. Pelaku telah memantau rutinitas transaksi dari pemilik rekening. Ketika nasabah melakukan transaksi pengiriman, maka jumlah transaksi akan diubah oleh pelaku.

Untuk mengatasi hal ini, Ruby telah berdiskusi dengan BI dan OJK. Namun, keduanya tidak dapat melakukan tindakan selain membuat sistem yang aman bagi nasabah.

"Mereka regulator keuangan, kendala mereka harus mempunyai siber security," katanya.

Modus Pemerasan

Selain itu, kasus kejahatan lainnya berupa nigerian scam atau komplotan pria kulit hitam yang berpura-pura memiliki paras tampan. Umumnya, mereka merayu perempuan berumur 25-35 tahun untuk berkomunikasi melalui panggilan video atau video call.

Dalam komunikasi tersebut, tak jarang perempuan akan dirayu hingga mau membuka sebagian aurat dan memperlihatkan kepada pelaku. Saat itulah pelaku akan merekam sebagai alat pemerasan kepada korban.

Menurut Ruby, kejahatan ini bahkan menguras dana korban hingga ratusan miliar. Dalam setahun, ia mencatat setidaknya total dana yang dikeluarkan korban mencapai Rp500 miliar per tahun.

"Ini banyak yang tidak melaporkan, karena mungkin malu jika ketauan dengan kolega," tandas Ruby.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER