Jakarta, CNN Indonesia -- Politisi senior Partai Persatuan Pembangunan Habil Marati menyebut kunjungan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto ke kediaman mantan Wakil Ketua Umum PPP Hamzah Haz, di Patra Kuningan, Sabtu (5/8) siang tadi, merupakan upaya merajut kembali komunikasi antara kelompok islam dan nasionalis.
Dalam pertemuan itu, kata Habil, Hamzah Haz tak sekedar sebagai bagian keluarga besar PPP, melainkan juga dalam kapasitasnya sebagai mantan Wakil Presiden RI sekaligus tokoh Islam.
"Di mana ingin merajut kembali komunikasi antara tokoh islam dan tokoh nasional diwakili PDI-P, " kata Habil kepada wartawan usai pertemuan.
Hamzah Haz adalah Ketua Umum PPP tahun 1998-2007. Pada 2001 ia terpilih sebagai Wakil Presiden RI ke-9 mendampingi Presiden Megawati Soekarnoputri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Habil melanjutkan, pihaknya tidak ingin tokoh nasionalis dan tokoh Islam dipecahbelah, karena terbukti dalam kepemimpinan Megawati-Hamzah Haz kedua kelompok itu mampu berjalan bersama melewati krisis.
"Semua jelas. Jangan sampai tokoh nasionalis dan islam dipecah belah. Ini yang kita hindari. Etika politik juga harus dibangun. PDIP belum sebut capres, partai lain sudah mendahului," ujarnya.
Habil mengatakan, dalam pertemuan tersebut Hamzah Haz juga sempat menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi negara, seperti rakyat yang miskin akhlak, miskin materiil, dan persoalan bangsa yang lain.
Nostalgia Megawati-Hamzah HazSementara itu Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto menyebut kunjungan dirinya sebagai upaya merawat silaturahmi sekaligus nostalgia masa kepemimpinan Megawati Soekarnoputri-Hamzah Haz.
"Hari ini ditugaskan oleh Bu Megawati untuk berkunjung ke bapak Hamzah Haz membangun tali silaturahim," kata Hasto yang dalam kunjungannya ini didampingi oleh Sekjen Bamusi Nasyirul Farah Amru.
 Megawati dan Hamzah Haz saat menjabat Presiden dan Wakil Presiden RI. (AFP PHOTO/OKA BUDHI) |
Hasto berkata, dalam pertemuan siang tadi Hamzah Haz sempat menceritakan masa-masa ia menjabat sebagai Wakil Presiden. Salah satunya adalah kisah kebiasaan Hamzah Haz memegang tangan Mega.
Sikap itu, kata Hasto, sebagai tanda bahwa ada yang harus didiskusikan terlebih dahulu sebelum keduanya mengambil keputusan.
"Pak Hamzah juga cerita Ibu Mega sangat kokoh memegang prinsip, contohnya bagaimana Ibu Mega mendukung Palestina supaya merdeka. Itu disampaikan dalam pidato di PBB. Terhadap perang Irak, Bu Mega membela kedaulatan negara Irak," ujarnya.
Tak hanya menyampaikan pesan-pesan dari Megawati, rombongan PDI-P dalam kunjungannya juga memberikan makanan berupa ayam goreng dan gudeg, serta buku Megawati berjudul
Menangis dan Tertawa Bersama Rakyat dan Megawati: Bukan Media Darling Biasa.
"Kami juga menyampaikan jika beliau berkenan bahwa seluruh pengalaman dalam kepemimpinan yang tidak mudah menghadapi krisis multidimensional saat itu, dapat dituliskan sebagai pembelajaran penting bagi generasi yang akan datang," ujar Hasto.